Senin 18 Nov 2019 09:01 WIB

PPP Sekarat, Diminta Islah Nasional

Islah PPP harus dilakukan dengan muktamar bersama.

Massa PPP, ilustrasi
Massa PPP, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah tokoh dan senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menggelar pertemuan di kediaman mantan ketua umum PPP Hamzah Haz, Ahad (17/11). Mereka membahas nasib partai berlambang Ka'bah tersebut yang kian terpuruk dalam setiap penyelenggaraan pemilu. Bahkan, Hamzah Haz menyebut PPP kini tengah sekarat.

"Saya melihat PPP-nya sekarat. Kok semakin saya tinggalkan semakin menurun," tuturnya saat memberi sambutan dalam silaturahim tokoh dan senior PPP di kediamannya di Jalan Patra Kuningan, Ahad (17/11) pagi. Mantan wakil presiden era presiden Megawati Soekarnoputri ini mengatakan, perolehan kursi PPP kian terpuruk sejak ditinggalkannya.

Baca Juga

Ia mengatakan, saat ini PPP hanya mampu meraup 19 kursi DPR RI. Padahal, sebelumnya mereka mampu menempatkan wakil rakyat sebanyak 39 orang, bahkan sebelumnya lagi 58 kursi DPR. Yang lebih menyedihkan, kata Hamzah Haz, PPP juga kehilangan banyak kursi di DPRD Jakarta dari 10 kursi sekarang tinggal 1 kursi.

Ia meminta seluruh kader dan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP membenahi persoalan yang terjadi di internal mereka. Terlebih, saat ini kedua kubu kepengurusan, baik PPP yang dipimpin Suharso Monoarfa maupun PPP versi Humprey Djemat, sudah menyatakan konflik internal telah selesai.

Hamzah Haz mengaku ke duanya sudah bersilaturahim pada Sabtu (16/11) di kediaman Patra Kuningan XV. Hamzah Haz meminta kedua kubu dari tingkat DPP hingga kepengurusan di daerah untuk islah secara nasional.

Hamzah Haz berpesan agar PPP generasi sekarang bisa menyelamatkan partai ini. Menurut dia, PPP sebagai partai yang paling mencerminkan umat Islam bagi rakyat Indonesia. Pasalnya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan representasi dari umat Nahdlatul Ulama (NU), sedangkan Muhammadiyah juga memiliki Partai Amanat Nasional (PAN).

"Kalau tidak diselamatkan, barangkali yang akan datang tidak ada lagi PPP. Partai ini yang paling mencerminkan Islam di Indonesia," kata Hamzah Haz menegaskan.

Inisiator silaturahim tokoh dan senior PPP, Akhmad Muqowam, menilai lolosnya PPP pada Pemilu 2019 kemarin bukan karena kerja kepartaian, melainkan karena pertolongan Allah SWT. Ia menegaskan, selama ini tidak ada konsolidasi partai untuk mengupayakan kemenangan PPP di setiap daerah sebelum pemilu.

Terlebih, PPP diguncang badai tertangkapnya mantan ketua umumnya, Romahurmuziy, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Anggota DPR RI ini menegaskan, pertemuan antartokoh dan senior PPP ini bukan sekadar tentang posisi ketua umum atau penyelenggaraan muktamar, melainkan untuk mengembalikan kejayaan partai Islam ini sejak dipimpin Hamzah Haz.

Seluruh pihak bersepakat persoalan di internal PPP saat ini belum tuntas. Selain itu, PPP juga tidak bisa berbicara ba nyak dalam Pemilu 2019.

Oleh karena itu, perlu konsolidasi, perlu revitalisasi. "Dalam konteks itu lah kemudian kita mengerti. Inputnya adalah konflik yang berkepanjangan. Soal ketua umum nomor sekianlah, tetapi konsolidasi tidak dilakukan. Mulai dari pengurus ranting, cabang, tidak pernah tersentuh instrumen aparat partai," tutur Muqowam kepada Republika.

Ia menambahkan, seluruh kader dan kiai PPP di seluruh daerah sudah resah dengan kondisi partai yang tak kunjung menemui penyelesaian atas konflik internal. Pada saat yang sama, pengurus partai di DPP yang berada di Jakarta hanya mengampanyekan seolah partai ini akan memenangi Pemilu 2024 mendatang. "Nek coro Jowo, mbelgedes (kalau kata orang Jawa, tidak mungkin)," katanya menegaskan.

Sekretaris Jenderal PPP kubu Humprey Djemat yang hadir di kediaman Hamzah Haz, Sudarto, menyatakan, pihaknya siap untuk islah secara nasional. Ia mengatakan, jika PPP ingin kembali memasuki masa kejayaannya, hal tersebut harus dilakukan dengan islah secara nasional melalui muktamar.

Muktamar ke depan harus muktamar bersama dalam rangka islah bersama hingga ke (pengurusan) daerah. "Jangan DPP bermain sendiri dan pemahaman di bawah tidak," katanya menegaskan.

Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, PPP harus berbenah sejak dini jika ingin tetap eksis pada Pemilu 2024 mendatang. Ia mencatat, keterpurukan PPP selain disebabkan kondisi internal juga karena selepas reformasi terjadi deideologisasi partai.

Artinya, partai-partai yang ada di Indonesia cenderung mengaburkan ideologi mereka. Partai nasionalis juga memunculkan sayap-sayap religius. Mereka juga ingin dise but sebagai partai nasionalis-religius. Dengan kondisi ini, partai yang memiliki lebih banyak logistik akan lebih berjaya.

Ia mengatakan, cara mudah mengem balikan suara PPP adalah membidik kembali orang yang pernah menjadi pemilih partai ini. Pasalnya, berdasarkan riset Indikator Politik Indonesia, suara PPP tergerus karena pemilihnya melompat ke partai islam lain, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "Yang paling mudah adalah mengembalikan pemilih lama sambil memikirkan strategi membidik pemilih baru," ujarnya. n agus raharjo

Perolehan Suara PPP:

- Pemilu 2019: 6.323.147 (4,52 persen)

- Pemilu 2014: 8.157.488 (6,53 persen)

- Pemilu 2009: 5.533.214 (5,32 persen)

- Pemilu 2004: 9.248.764 (9,15 persen)

  (Sumber: Pusat Data Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement