REPUBLIKA.CO.ID,DETROIT -- Kandidat Muslim dalam sejumlah pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) tahun 2018 dilaporkan kerap diserang dengan ujaran kebencian lewat media sosial. Namun, kini tahun 2019, sebanyak 34 kandidat berhasil memenangkan pemilihan di tingkat lokal.
Serangan dalam bentuk pesan kebencian itu dibenarkan oleh sebuah riset yang dikerjakan para profesor dan peneliti dari Washington State University, Columbia University, Western Washington University, dan Pennsylvania State University.
Riset itu berjudul "#Islamophobia, Menyulut Rasa Takut dan Curiga di Midterms 2018". Dikemas dalam laporan setebal 97 halaman, riset itu menunjukkan setiap detail ujaran kebencian terhadap kandidat Muslim di AS.
Studi itu menemukan bahwa ujaran kebencian pada kandidat muslim memang lebih banyak muncul di dunia maya, yakni media sosial. Sebagian besar serangan ujaran kebencian itu berasal kelompok fanatik dalam jumlah kecil, namun serangan mereka terorganisir dan pesan-pesannya diamplifikasi menggunakan bot.
"Banyak kandidat Muslim tidak mendapatkan seragan berupa Islamophobia dari konstituen mereka, tapi kami menemukan narasi kebencian di media sosial yang diproduksi secara tidak proporsional seperti islamofobik, xenofobik, rasis, dan misoginis," kata laporan itu sebagaimana dikutip chicagotribune.com, Senin (18/11).
Sementara penelitian itu menunjukkan adanya iklmi yang tak bersahabat bagi kandidat Muslim di AS, ternyata pada tahun 2019 ini tercatat 34 kandidat di sejumlah pemilihan lokal berhasil menang.
Berdasarkan laporan Council on American-Islamic Relations, terdapat 26 kandidat muslim di seluruh AS yang memenangkan pemilihan lokal pada bulan ini. Seperti di Detroit, yakni di Kota Hamtramck dan Dearborn Heights.
Totalnya selama 2019, terdapat 34 kandidat Muslim yang menangkan pemilihan lokal. Tiga Muslim terpilih pada 5 November untuk Dewan Kota Hamtramck.