Senin 18 Nov 2019 17:32 WIB

Freeport Dapat Pendanaan untuk Proyek Smelter

Nilai pinjaman yang diperoleh Freeport 3 miliar dolar AS.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Freeport
Freeport

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia dalam waktu dekat akan mengantongi dana yang diperoleh dari sindikasi perbankan. Dana ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk melanjutkan pembangunan smleter.

Juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan pembahasan pendanaan dalam tahap finalisasi. Namun dia belum mau membeberkan jumlah bank serta nilai dana yang bakal dikucurkan. "Dalam waktu dekat ada signing," kata Riza saat dihubungi, Senin (18/11).

Baca Juga

Riza menerangkan pembangunan smelter terus berjalan meski belum mengantongi pinjaman dari perbankan. Pasalnya pemerintah terus memonitor progres pembangunan smelter yang dievaluasi setiap enam bulan.

Dia mengungkapkan pembiayaan smelter sampai saat ini masih ditopang dari dana internal. "Pendanaan sementara masih dari Freeport," tambahnya.

Wakil Direktur Utama Freeport Orias Petrus Moedak sebelumnya menuturkan besaran pinjaman yang diharapkan nantinya dapat membiayai seluruh proyek. Namun dia belum bisa membeberkan tenor pinjaman tersebut lantaran masih disimulasikan.

"Kami nggak punya pinjaman sekarang. Balance sheet clean," ujar Orias pekan lalu.

Orias menuturkan pendanaan dari lembaga perbankan ini harus mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam hal ini PT Inalum (Persero). Permohonan itu akan disampaikan setelah mendapatkan kepastian lembaga perbankan yang akan membiayai.

Dia menyakini pemegang saham akan menyetujui lantaran dengan skema pinjaman itu tidak perlu menyuntikkan dana untuk pembiayaan smelter. Namun dia menyebut pemegang saham tetap andil dalam pembayaran bunga pinjaman. "Pinjaman 3 miliar dolar AS itu dari sindikasi perbankan. Tidak satu bank," ujarnya.

Smelter Freeport berlokasi di kawasan industri Gresik, Jawa Timur (Java Integrated Industrial and Port Estate/JIIPE). Desain smelter yang dibangun kini terintegrasi dengan fasilitas pemurnian anoda slime. Kapasitas smelter anoda slime itu mencapai 6.000 ton. Penambahan fasilitas anoda slime itu membuat investasi smelter membengkak menjadi 2,7 miliar dolar AS dari sebelumnya 2,1 miliar dolar AS.

Dalam pembangunan smelter anoda slime itu, PT Smelting menjadi pemasok anoda slime sekitar 2.000 ton. Anoda slime merupakan produk samping dari pemurnian konsentrat tembaga. Sejak awal 2017 lalu, anoda slime masuk dalam jenis mineral yang harus dimurnikan di dalam negeri. Oleh sebab itu diberi waktu hingga 2022 untuk menyelesaikan smelter.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement