Senin 18 Nov 2019 18:40 WIB

Ketua Parlemen: Lebanon Seperti Kapal Tenggelam

Krisis ekonomi dan politik menerpa Lebanon.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Pengunjuk rasa antipemerintah dikepung tentara Lebanon selama demonstrasi di Kota Jal el-Dib, utara Beirut, Lebanon.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Pengunjuk rasa antipemerintah dikepung tentara Lebanon selama demonstrasi di Kota Jal el-Dib, utara Beirut, Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri mengatakan Lebanon seperti kapal yang tenggelam, kecuali ada tindak untuk mencegah hal itu terjadi. Ia menyinggung tentang krisis ekonomi dan politik yang menerpa negara itu.

Pernyataan ini bersamaan ketika unjuk rasa di seluruh penjuru Lebanon memasuki bulan kedua. Unjuk rasa yang menjadi gerakan protes nasional ini bermula pada 17 Oktober.

Baca Juga

"Negara ini seperti kapal yang sedikit demi sedikit tenggelam," kata Berri yang dikutip surat kabar al-Joumhuria, seperti dilansir di Aljazirah, Senin (18/11).

Pengunjuk rasa turun ke jalan menentang penguasa yang mereka anggap korup dan tidak mampu menjalankan pemerintahan. "Jika kami tidak mengambil langkah yang dibutuhkan, akan sepenuhnya tenggelam," kata Berri.

Surat kabar An-Nahar menyamakan situasi rakyat Lebanon seperti penumpang kapal Titanic. Kapal pesiar mewah itu tenggelam pada 1912 setelah menabrak karang es.

Ratusan ribu rakyat Lebanon ambil bagian dalam gerakan protes. Mereka meminta sistem politik yang membagi kekuasaan berdasarkan kelompok etnis dan agama diubah seluruhnya.

Pengunjuk rasa juga menyerukan pemerintahan yang dipimpin teknokrat untuk mengatasi krisis keuangan yang terjadi di Lebanon. Mereka juga menuntut akses kebutuhan dasar seperti air dan listrik yang lebih baik. 

Mantan perdana menteri Lebanon Saad al-Hariri yang mengundurkan diri 29 Oktober lalu mengkritik Presiden Michael Aoun, Ahad (17/11). Kritik itu dilontarkan setelah kandidat pengganti Al-Hariri menarik diri dari pencalonannya.

Mantan menteri keuangan dan pengusaha Mohammed Safadi menarik pencalonannya sebagai perdana menteri. Dalam pernyataan tertulisnya, Safadi mengatakan akan sulit membentuk kabinet harmonis yang didukung semua partai.

Safadi menambahkan ia berharap Hariri akan ditunjuk lagi sebagai perdana menteri. Mencerminkan iklim politik yang rapuh partai Free Patriotic Movement (FPM) yang mengusung Aoun menuduh Hariri menahan Safadi untuk mendapatkan kembali kursi perdana menteri.

"Saad (al-Hariri) menunda-nunda berbagai hal yang bertujuan untuk membakar nama-nama dan tambil sebagai penyelamat," kata salah sumber yang mengetahui pandangan FPM.

Hariri pun membantah tudingan tersebut melalui pernyataan tertulis kantornya. Ia mengatakan tuduhan FPM yang tidak bertanggung jawab untuk 'mencetak poin' walaupun Lebanon sedang dalam 'krisis nasional besar'.

"Sejak Safadi diminta untuk menarik namanya sebagai kandidat yang membentuk pemerintahan baru, FPM melalui Anggota Parlemen, pejabat dan bocoran media, menyalahkan keputusan itu kepada Hariri," kata kantor Hariri dalam pernyataan mereka.

Sesaat setelah media mengumumkan pencalonan Safadi. Ribuan rakyat Lebanon turun ke jalan-jalan Beirut sambil meneriakan 'pencuri'. Pengunjuk rasa mengatakan Safadi bagian dari oligarki elit politik yang dilawan oleh para demonstran.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement