Senin 18 Nov 2019 22:04 WIB

Pemkot Jakpus akan Relokasi PKL Senen ke Pasar Kenari

PKL kecewa dengan rencana relokasi dari Senen Raya ke Pasar Kenari

Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan ruas jalan di kawasan Pasar Senen, Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Foto: Thoudy Badai
Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan ruas jalan di kawasan Pasar Senen, Jakarta, Selasa (10/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Jakarta Pusat akan merelokasi pedagang kaki lima (PKL) di  Jalan Senen Raya ke Pasar Kenari. PKL ini umumnya memenuhi trotoar bahkan menggunakan bahu jalan di Senen Raya.

"Iya mau direlokasi, pada 1 Desember harus kosong Jalan Senen Raya itu dari pedagang,” kata Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi saat dihubungi, Senin (18/11).

Irwandi juga mengatakan telah melakukan sosialisasi kepada 158 pedagang yang telah bertahun-tahun berdagang di trotoar Jalan Senen Raya terkait relokasi ke Pasar Kenari itu. Dari sosialisasi itu diketahui banyak pedagang yang mengeluhkan keputusan Pemkot Jakarta Pusat untuk merelokasi penjaja pakaian bekas itu ke Pasar Kenari.

Meski demikian, Pemkot Jakarta Pusat tetap akan merelokasi para pedagang ke Pasar Kenari untuk menata Jalan Senen Raya kembali kepada fungsi awalnya sebagai jalur lalu lintas kendaraan.

"Sudah kami sosialisasi ke mereka. Pada tidak, tapi setuju tidak setuju tapi kan harus. Kita harus tegas, itu bikin macet di jalan. Jalanan jadi crowded banget, malu kita,” kata Irwandi.

Nantinya para pedagang kaki lima itu diberi lapak tanpa perlu membayar selama enam bulan di Pasar Kenari. "Selepas itu bayarlah murah, itu kan yang kelola PD Pasar Jaya,” ujar Irwandi.

Ia berharap dengan penataan kembali kawasan Jalan Senen Raya maka kondisi lalu lintas menjadi lancar tanpa perlu bersaing dengan pedagang kaki lima yang menjajakan barang dagangannya di fasilitas umum itu.

Kawasan trotoar Senen hingga saat ini kerap kali dipenuhi pedagang kaki lima yang didominasi pedagang baju bekas.

Para pedagang itu diketahui merupakan pedagang yang sebelumnya berdagang di Pasar SenenBlok I dan II yang terbakar pada September 2017. Hingga saat ini bangunan yang terbakar itu belum dibangun kembali.

Tidak hanya mengambil jalur pejalan kaki, para pedagang yang muncul mulai dari pukul 14.00-22.00 WIB itu pun tidak segan untuk menggunakan badan jalan raya untuk menjajakan dagangannya yang berkisar dari harga Rp 5.000 - Rp 35 ribu

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement