Senin 18 Nov 2019 22:28 WIB

Peluru Karet Polisi Hong Kong Cegah Demonstran Keluar Kampus

Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dan peluru karet pada Senin (18/11)

Demo Mahasiswa Hong Kong.
Demo Mahasiswa Hong Kong.

REPUBLIKA.CO.ID, HONGKONG -- Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dan peluru karet pada Senin (18/11), untuk mendorong balik para pemrotes antipemerintah yang mencoba melarikan diri dari sebuah universitas, tempat ratusan orang bersembunyi dengan senjata bom bensin dan senjata rakitan lainnya.Penembakan itu berlangsung di tengah kekhawatiran bahwa bentrokan akan mengarah pada tindakan keras berdarah.

Puluhan orang berusaha melarikan diri dari Universitas Politeknik setelah malam sebelumnya kota yang dikuasai China itu diwarnai kekacauan. Jalan-jalan utama diblokir, sebuah jembatan dibakar dan seorang polisi ditembak dengan busur dan anak panah.

Baca Juga

Banyak yang ditangkap di dekat universitas pada Senin, penyiar publik RTHK melaporkan, sementara di kawasan niaga dekat Nathan Road, para pegiat menghentikan lalu lintas dan memaksa pusat perbelanjaan dan toko tutup.

"Kami sudah lama terperangkap di sini. Kami membutuhkan semua warga Hong Kong untuk mengetahui bahwa kami membutuhkan bantuan," kata Dan, seorang pemrotes berusia 19 tahun di kampus, sambil menangis.

"Saya tidak tahu berapa lama lagi kami bisa terus seperti ini. Kami mungkin membutuhkan bantuan internasional."

Para pengunjuk rasa berusaha melakukan pelarian lain pada sore hari tetapi diadang dengan lebih banyak tembakan gas air mata.

Tiga puluh delapan orang terluka pada Ahad (17/11), kata Otoritas Rumah Sakit kota. Saksi Reuters melihat beberapa pengunjuk rasa menderita luka bakar akibat semburan bahan kimia yang ditembakkan dari meriam air polisi.

"Ingat, nyawa ada di tangan kalian. Mengapa kalian ingin membuat kami mati?" satu orang meneriaki polisi dari atap kampus ketika pengunjuk rasa mengenakan masker gas dan payung sambil berpelukan mencari cara untuk melarikan diri.

Polisi mendesak pemrotes untuk meletakkan senjata dan pergi.

"Polisi mengimbau semua orang di dalam Universitas Politeknik untuk meletakkan senjata dan barang-barang berbahaya yang mereka pegang, melepas topeng gas mereka dan pergi melalui tingkat atas Jembatan Selatan Jalan Cheong Wan secara tertib," kata kepolisian dalam sebuah pernyataan.

"Mereka harus mengikuti instruksi polisi dan tidak boleh menyerang barisan polisi."

Video yang disiarkan secara langsung memperlihatkan para pengunjuk rasa dengan tangan terikat di belakang punggung mereka duduk dalam posisi menyilangkan kaki di jalan ketika polisi antihuru-hara berjaga di salah satu distrik komersial dan wisata tersibuk di bekas jajahan Inggris itu.

Polisi mengatakan mereka menembakkan tiga peluru tajam ketika 'perusuh' menyerang dua petugas yang berusaha menangkap seorang wanita. Tidak ada yang terluka dan wanita itu melarikan diri di tengah kerusuhan, yang memburuk secara dramatis dan telah menjerumuskan pusat keuangan Asia itu ke dalam kekacauan selama hampir enam bulan.

Demonstran marah pada apa yang mereka lihat sebagai campur tangan China pada kebebasan yang dijanjikan bagi Hong Kong ketika kota itu kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997. Mereka mengatakan mereka merespons penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh polisi.

China mengatakan mereka berkomitmen pada formula satu negara, dua sistem, yang memberi Hong Kong otonomi, dan menuduh polisi kota menggunakan kekerasan yang tidak semestinya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement