Selasa 19 Nov 2019 12:03 WIB

Evo Morales Khawatir Bolivia Dilanda Perang Saudara

Evo Morales menyerukan dialog nasional untuk mengakhiri kerusuhan di Bolivia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Evo Morales
Foto: EPA/Stephanie Lecocq
Evo Morales

REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Mantan presiden Bolivia Evo Morales khawatir bahwa kerusuhan politik yang tengah berlangsung akan membawa negara itu ke dalam jurang perang saudara. Kerusuhan di Bolivia sudah merenggut nyawa setidaknya 23 orang.

Evo Morales menyerukan dialog nasional yang menurutnya sebagai satu-satunya jalan ke depan untuk mengakhiri kekerasan. Dia juga menegaskan kepada pengikutnya untuk tidak condong ke arah kekerasan. Hal itu dia katakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Spanyol EFE seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (19/11).

Morales juga mengklaim bahwa "anggota geng" menerima 100 dolar AS per hari dalam menjaga protes keras terhadapnya. Dia meminta mediasi internasional dengan kehadiran PBB, Uni Eropa, atau Gereja Katolik.

"Ini akan baik jika pemerintah Spanyol atau (mantan Presiden Spanyol Jose Luis Rodriguez) Zapatero, (mantan Uruguay) Presiden Pepe Mujica atau pemerintah lain untuk berperan dalam mediasi," kata Morales.

Pernyataan Morales itu muncul pada saat laporan korban tewas dari kerusuhan politik naik menjadi setidaknya 23 orang. Dia kemudian mencicitkan pandangannya di Twitter. 

Gejolak krisis politik di Bolivia dimulai pada Oktober lalu. Morales yang memenangkan masa jabatan keempat menghadapi langsung perlawanan dari partai-partai oposisi yang belum kebobolan hasil pemilihan. Para pengunjuk rasa pun bergerak turun ke jalan mengklaim pemilu itu curang.

Setelah gejolak protes selama berminggu-minggu, Morales mengundurkan diri dari posisinya. Kini dia mendapatkan suaka pokitik di Meksiko.  

Sebagai gantinya, senator konservatif Jeanine Anez mengumumkan dirinya menjadi presiden sementara. Namun protes belum jua mereda.  

Sejak Morales pergi ke Meksiko, sebagian besar pengunjuk rasa dari perdesaan dan adat yang mendukungnya muncul di ibu kota La Paz dan kota-kota besar lainnya seperti Sacaba dan Cochabamba, kota kelahiran Morales. Mereka mengatakan pemecatan presiden terpilih mereka atas saran militer adalah kudeta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement