Selasa 19 Nov 2019 15:30 WIB

Muslimah Australia Jadi Target Islamofobia

Sekitar 70 persen korban islamofobia adalah Muslimah Australia.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Muslim Australia
Foto: sbs.com.au
Muslim Australia

REPUBLIKA.CO.ID, CAIRNS --- Seorang perempuan muslim Australia menceritakan masa lalunya yang pernah menjadi sasaran islamofobia di negaranya. Iman Gemma Khodr adalah seorang muslim di Cairns, Australia. Seperti dilansir SBS News pada Selasa (19/11), kala itu, Khodr yang sedang hamil berada di sebuah pusat perbelanjaan bersama anak perempuannya. Khodr menceritakan bagaimana seorang pria meneriakinya dengan pernyataan Islamofobia sebelum pria itu menabrak mobilnya. 

 "Tiba-tiba saya mendengar kata-kata, muslim, dan teroris, persetan. Bahkan mengingatnya saat ini membuat jantung saya berdetak kencang," kata Khodr dalam sebuah sesi wawancara dengan SBS News.

Setelah kejadian itu, Khodr pun pergi melaporkan hal itu ke kantor polisi terdekat. "Menakutkan melihat permusuhan itu, kebencian yang dimiliknya. Bukan sekali saja ini terjadi, sudah setiap kali di komunitas muslim," katanya. 

Seorang pengacara muslim di Sydney, Ramia Abdo Sultan juga sependapat dengan hal itu. Menurutnya orang Australia saat ini lebih nyaman mengungkapkan komentarnya di ruang publik . "Komentar seperti kembali ke tempat asalnya, anda teroris, ini memang cukup sering terjadi. Elemen dan visibilitas publik tak lagi menjadi pencegah," katanya. 

Sebuah analisis terbaru tentang kejahatan rasial di Australia menunjukkan perempuan dan anak-anak muslim menjadi target islamophobia paling sering. Hampir 350 insiden islamofobia dilaporkan selama dua tahun terakhir di mana pelecehan telah ada sejak usia prasekolah. Laporan islamofobia 2019 di Australia menemukan 60 persen serangan terjadi di depan publik pada 2016 dan 2017. Ini belum termasuk pelecehan di media daring, setidaknya ada 202 kasus yang terjadi. 

Laporan Pusat Studi Islam dan Peradaban Universitas Charles Sturt menemukan 70 persen korban islamofobia adalah perempuan dan gadis muslim. Para perempuan menjadi sasaran pelecehan verbal, kata-kata kotor, intimidasi fisik hingga ancaman pembunuhan di tempat umum. Yang paling sering terjadi saat berada di pusat perbelanjaan. Berdasarkan laporan itu, pria Anglo Celtic menjadi pelaku dalam tiga perempat kasus yang terjadi. 

Selain itu banyak penghinaan yang dilakukan menyasar pada penampilan dan agama seorang muslim, dengan 96 persen responden wanita menggunakan jilbab saat itu. 

Sementara itu pengamat dari United Muslim Australia, Ibrahim Dadoun mengatakan banyak muslim tak menyadari bahwa mereka bisa melaporkam kasus-kasus islamofobia yang terjadi sehingga jumlah insiden. 

"Sayangnya di komunitas kami, yang merupakan sedikit masalah, kami tak melaporkan hal-hal ini. Sebagian mungkin karena takut melaporkan, atau mungkin mereka tak menyadari bahwa ketika mereka melaporkan hal itu dapat membantu mereka dengan berbagai cara, bentuk atau apapun," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement