Selasa 19 Nov 2019 16:59 WIB

Kelahiran Prematur Kota Malang Capai 4 Persen

Angka kelahiran prematur diklaim mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kota Malang di Balai Kota Malang, Selasa (19/11).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kota Malang di Balai Kota Malang, Selasa (19/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kota Malang mengungkapkan, kelahiran prematur di wilayahnya mencapai tiga sampai empat persen. Angka ini diklaim mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Jadi kalau sasaran ibu hamil kan 13.209, berati persalinannya mendekati 12 ribu. Tinggal tiga sampai empat persen itu rata-rata kelahiran prematur yang mengakibatkan kematian bayi tinggi," ujar Ketua IBI Kota Malang, Lucia Reyne Fieke Ngantung saat ditemui wartawan di Balai Kota Malang, Selasa (19/11).

Baca Juga

Menurut Lucia, terdapat banyak faktor yang memengaruhi kelahiran prematur. Pertama, pengetahuan, kemauan dan kemampuan ibu tentang kehamilan. Meski banyak ibu pekerja, mereka belum tentu memahami asupan gizi baik untuk kehamilannya.

Lucia menyontohkan bagaimana pentingnya melakukan pemeriksaan sebanyak empat kali selama kehamilan. Proses ini diperlukan untuk memantau pertumbuhan janin termasuk berat badan ibu. Berat badan ibu hamil minimal harus mencapai 13 kilogram sampai persalinan.

"Ketika BB (berat badan) itu tidak tercapai, dia jadi pertumbuhannya terhambat. Itu bisa karena faktor gizi, faktor stres dan lainnya," tegas Lucia.

IBI sendiri telah berkomitmen untuk menurunkan angka kehamilan prematur di Kota Malang. Satu di antaranya bersinergi dengan lintas sektor seperti bersama PKK, Dinas Kesehatan dan sebagainya. Kemudian penyuluhan-penyuluhan termasuk memberikan komunikasi, informasi serta edukasi sebelum pernikahan.

"Kita komunikasikan apa yang harus dilakukan ibu itu, kemudian kita edukasi. Misalkan, ada tanda bahaya, nanti apa yang harus diwaspadai dan dikontrol," jelasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement