Rabu 20 Nov 2019 03:03 WIB

Menkes Usul Kerokan Dimanfaatkan untuk Tarik Wisatawan Asing

Menkes menilai orang asing bisa melihat kerokan sebagai terapi unik yang menyehatkan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Menteri Kesehatan - Terawan Agus Putranto
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Kesehatan - Terawan Agus Putranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengusulkan terapi pengobatan masuk angin, kerokan bisa dimanfaatkan untuk menarik wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. Terawan menjelaskan, sektor wisata Indonesia merupakan bagian dari sasaran prioritas program kerja presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin selama 2019-2024.

Karena itu, dia melanjutkan, Jokowi meminta agar Kemenkes mengembangkan industri kesehatan di Indonesia. Tidak hanya industri obat dan alat kesehatan, melainkan juga mengembangkan wisata kesehatan.

"Karena itu hasilkan inovasi dan ide-ide segar yang gampang. Berikan hal-hal yang menggelitik dan membuat orang asing datang ke Indonesia termasuk kerokan," ujarnya saat mengisi acara mengenai kerja sama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata Kembangkan Wisata Kebugaran dan Jamu, di Jakarta, Senin (18/11).

Terawan menjelaskan, seringkali orang Indonesia menganggap kerokan sebagai pengobatan alternatif masuk angin tetapi tidak elite. Padahal, dia melanjutkan, orang asing bisa melihat terapi ini unik yang menyehatkan.

Terawan menyebutkan pandangan ini bisa dimanfaatkan dan dijual orang Indonesia untuk menghasilkan keuntungan. Ia menyebutkan jika seseorang memiliki usaha jasa kerokan dan disewakan di 100 kamar dan sekali kerokan selama 20 menit maka bisa menghasikan keuntungan besar.

Tak hanya kerokan, ia menyebutkan teknis pengobatan non-medis alternatif yang lain bisa dimanfaatkan seperti pijat, Tongkat Ali, Puwlrwaceng, bahkan Mak Erot bisa dijadikan daya tarik. "Akhirnya orang-orang asing itu akan mengikutinya dan berwisata ke Indonesia karena rasa keingintahuannya yang besar," katanya.

Upaya-upaya inilah, dia melanjutkan, diharapkan menarik wisatawan dan akhirnya dapat meningkatkan wisata kebugaran dan jamu di Indonesia. Tak hanya itu, ia meminta wisatawan juga membuat kongres internasional yang bisa membuat banyak wisatawan untuk mengikutinya di Indonesia.

Terawan menegaskan, Kemenkes bersama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sepakat untuk memprioritaskan pengembangan wisata kebugaran dan jamu. Alasannya, wisata kebugaran dinilai memiliki prospek kesehatan, budaya, dan ekonomi yang tinggi.

"Penetapan wisata kebugaran dan jamu menjadi prioritas merupakan keputusan yang tepat. Selain mempunyai nilai jual yang tinggi, Indonesia menawarkan tindakan promotuf dan preventif lebih utama dalam bidang kesehatan," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menambahkan, wisata kesehatan kebugaran dan jamu merupakan hal baru yang harus dilihat dan dipelajari.

"Memang memang bisa dipelajari negara-negara yang menerapkan strategi yang sama. Tetapi tidak ada yang betul-betul sama karena treatment medical di Indonesia unik," ujarnya.

Artinya, dia menambahkan, keunikan jadi kata kunci pariwisata. Ia mencontohkan potensi wisata kesehatan Tanah Air lainnya seperti cure cell, stem cell, V cell juga tidak kalah unik dan tidak ada di tempat lain.

"Sehingga itu jadi daya tarik dan kelebihan pariwisata, (Indonesia)" ujarnya.

Hasil Survei Global Buyers Survey 2016-2016 menunjukkan, bahwa sekitar 11 juta wisatawan atau sekitar 3 hingga 4 persen dari total penduduk dunia melakukan perjalanan wisata dengan tujuan wisata medis. Sedangkan, menurut survei Global Wellness Economy Monitor January pada 2017 yang merupakan data 2015 menunjukkan bahwa jumlah perjakanan pariwisata kebugaran sebanyak 691 juta, meningkat 104,4 juta dibandingkan 2013.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement