Rabu 20 Nov 2019 17:00 WIB

Okupansi Rute Internasional Citilink Capai 54 Persen

Citilink sudah membuka tiga rute internasional dari Bandara Soekarno-Hatta.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Sebuah pesawat Citilink di Bandara Internasional Banyuwangi.
Foto: dokpri
Sebuah pesawat Citilink di Bandara Internasional Banyuwangi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai berbiaya hemat atau low cost carrier Citilink Indonesia saat ini sudah membuka beberapa rute internasional. Corporate Communication Citilink Fariza Astriny mengatakan rata-rata okupansi untuk rute internasional saat ini terbilang cukup baik.

"Seat load factor (keterisian penumpang) rata-rata 54,6 persen untuk rute internasional," kata Fariza saat ditemui di Gedung Kementerian Perhubungan, Rabu (20/11).

Saat ini, Citilink sudah membuka tiga rute internasional dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Kualalumpur, Penang, dan Phnom Penh. Sementara dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, rute internasional Citilink yaitu ke Dili, Kunming, Perth, dan Kualalumpur. Sementara dari Surabaya, Citilink membuka rute internasional juga Kualalumpur.

Fariza menuturkan pemilihan rute internasional ke kota-kota tersebut karena sesuai dengan target pasar Citilink. "Traveler kebanyakan milenial, kita lihat juga pesaing kita. Perth misalnya bukan hanya kita saja ada juga Jetstar langsung dari Denpasar sehari dua kali," jelas Fariza.

Dengan okupansi tersebut, Fariza menilai sudah cukup bagus setelah Citilink mencoba menjajaki rute internasional. Bahkan, fariza menuturkan pada 2020, Citilink tidak menutup kemungkinan akan kembali memaksimalkan rute internasional.

"Untuk 2020, rencana buka rute Singapura dan kota-kota lain di Australia. Rutenya mungkin masih Denpasar-Australia," ujar Fariza.

VP Corporate Secretary dan CSR Citilink Resty Kusandarina mengatakan saat ini rencana pembukaan rute internasional baru pada 2020 masih dalam tahap kajian. Resty menuturkan belum mengetahui apakah akan menyasar kota-kota lain juga.

Begitu juga dengan tute internasional ke Eropa. "Yang Eropa masih persiapan, administrasinya ternyata enggak gampang. Kita lagi usahakan terus. Rencananya akan dari Denpasar tapi itu masih kajian ya," ungkap Resty. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement