REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan karyawan konsulat Inggris di Hong Kong mengatakan ia dipukuli, dilarang tidur, dan dirantai oleh polisi rahasia Cina. BBC dan surat kabar Wall Street Journal melaporkan polisi rahasia Cina ingin mendapatkan informasi tentang aktivis yang memimpin unjuk rasa pro-demokrasi.
Warga Hong Kong yang bekerja di pemerintah Inggris selama dua tahun, Simon Cheng mengaku ditahan selama 15 hari. Ia ditangkap dalam perjalanan menuju Cina pada Agustus lalu.
"Saya diikat, ditutup mata, dan ditutup kepala," kata laki-laki berusia 29 tahun itu kepada BBC, Rabu (20/11).
Kepada Wall Street Journal, Cheng mengatakan ia berulang kali ditanyai tentang peran Inggris dalam gejolak yang terjadi di Hong Kong. Karena takut, Cheng mengatakan, ia membuka kata sandi telepon genggam dan akun media sosialnya.
Cheng juga menyebutkan dua nama pejabat konsulat Inggris yang ia pikir memiliki latar belakang militer dan intelijen. Ia juga memberikan beberapa rincian tentang orang-orang yang terlibat dalam unjuk rasa.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengecam perlakukan Cina terhadap Cheng. Raab mengatakan Cheng mengalami penyiksaan berat. Ia telah memanggil duta besar Cina untuk mengungkapkan kemarahan atas perlakukan terhadap Cheng.
Pada Senin (18/11) lalu, Duta Besar China di London menuduh negara-negara asing termasuk Inggris dan Amerika Serikat (AS) mengintervensi urusan internal Cina. Karena pejabat dari dua negara itu memberikan komentar atas kerusuhan yang terjadi di Hong Kong.
Duta Besar Liu Xioming mengatakan negara-negara Barat campur tangan atas urusan Hong Kong. Pusat keuangan di Asia yang diserahkan Inggris ke Cina pada 1997 mengalami kerusuhan selama enam bulan terakhir.