Kamis 21 Nov 2019 02:37 WIB

Jika Zuhud Bukan Tinggalkan Dunia, Lantas Apa Pengertiannya?

Zuhud bisa terapkan baik oleh si kaya atau miskin.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Berdoa Ilustrasi
Foto: Antara
Berdoa Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Zuhud bukan berarti tidak punya harta, kekayaan, atau bahkan menggunakan pakaian yang compang-camping.

"Tapi tidak ada keterikatan secara membabi buta dari hati seseorang kepada hartanya," kata Ketua Komisi Fatwa MUI, Prof Hasanuddin AF itu kepada Republika.co.id, Rabu (20/11).

Baca Juga

Karena itu, Hasanuddin berpandangan, sikap zuhud itu bisa dimiliki orang kaya dan miskin. Untuk memiliki sikap tersebut, seorang Muslim harus menanamkan pada dirinya bahwa semua hanyalah milik Allah SWT. Artinya, orang yang zuhud adalah orang yang tidak terikat pada dunia.  

"Orang yang zuhud, hatinya tidak terikat pada hartanya. Dia tidak merasa memiliki secara sempurna, bahkan merasa hartanya hanya titipan Allah. Sehingga dia menjadi dermawan," tutur dia.

Orang kaya yang zuhud selalu menyalurkan hartanya di jalan Allah sesuai dengan syariat, seperti zakat, infak dan sedekah. "Jadi dia punya harta tapi tidak dimilikinya sendiri, tidak hanya dimanfaatkan dirinya dan keluarganya. Tapi juga digunakan kepada orang lain di jalan Allah," tuturnya.

Sementara, Hasanuddin menjelaskan, salah satu ciri zuhud bagi seorang Muslim yang miskin harta yaitu sikap sabar. 

"Bagi yang miskin, zuhudnya itu dengan sabar, apa adanya, sambil terus berikhtiar. Jangan memaknai sabar ini dengan berdiam diri atau menunggu rezeki dari langit," tutur dia.

Hasanuddin melanjutkan, orang miskin dan kaya yang bersikap zuhud memiliki derajat yang sama. Orang miskin zuhud dengan sabarnya, sambil tidak henti-hentinya berjuang atau berjihad mencari nafkah di jalan yang benar dan diridhai oleh Allah SWT.

"Sementara orang kaya menggunakan seluruh hartanya itu di jalan yang diridhai Allah SWT, tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya saja," papar dia. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya,” Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

(QS. Yusuf ayat 21)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement