Kamis 21 Nov 2019 06:20 WIB

Coach Gibi Berang ke Pemain Prawira Seusai Dipecundangi SM

Prawira dibungkam SM Pertamina 43-66 di GOR Sritex Arena, Solo, Rabu (20/11).

Red: Israr Itah
Pelatih Prawira Bandung Giedrius
Foto: REPUBLIKA/Prayogi
Pelatih Prawira Bandung Giedrius

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pelatih kepala Prawira Bandung Giedrius Zibenas mengaku tak ragu mendamprat para pemainnya seusai dipecundangi Satria Muda Pertamina Jakarta dalam laga pertama Grup C Piala Presiden Bolabasket 2019.  Prawira dibungkam SM Pertamina 43-66  di GOR Sritex Arena, Solo, Rabu (20/11). Ia kecewa dengan permainan timnya yang jauh di bawah ekspektasi. 

Prawira hanya bisa memasukkan 15 tembakan dari 65 percobaan dengan akurasi hanya 23 persen. Coach Gibi, sapaannya, mengeluhkan betapa para pemain Prawira gagal mencetak poin dari situasi lay-up yang terlihat mudah.

Baca Juga

Prawira juga tak mampu memanfaatkan hadiah lemparan bebas dengan maksimal. Statistik pertandingan mencatat Prawira hanya memperoleh 10 poin dari 23 kesempatan lemparan bebas. Jika dibandingkan dengan Satria Muda, bak jurang teramat dalam sebab lawannya mengemas 24 poin dari 29 kali situasi serupa.

"Tidak juga ketika dua penembak terbaik tim ini, Arif Hidayat dan Difta Pratama, melepaskan tembakan tripoin dari situasi yang begitu terbuka lebar tapi bola mereka bahkan tidak menyentuh keranjang. Mohon maaf, ketika itu semua terjadi, saya akan mendamprat para pemain. Ini tidak bisa diterima," ujarnya seusai laga.

Gibi menilai perkara angka yang terpampang di papan skor ketika bel tanda laga usai berbunyi bukanlah alasan utama kekalahan Prawira dari Satria Muda di laga kali ini.

"Kami tidak kalah karena poin, tapi akibat mental, karakter dan sedikit faktor fisik. Itu sangat menyakitkan bagi saya," katanya.

Bagi Gibi pertandingan melawan Satria Muda seharusnya membuka mata bukan hanya para pemainnya tetapi juga khalayak penikmat basket Indonesia pada umumnya.

"Tentu saja. Dari pertandingan tadi, kami tahu siapa diri kami, sebelumnya tidak," kata Gibi ketika ditanya adakah aspek positif yang bisa dipetik dari kekalahan melawan Satria Muda.

"Semua orang membicarakan kami seolah-olah tim favorit. Inilah kami senyatanya. Ini langkah pertama untuk memahami siapa diri kami sebenarnya," ujarnya menambahkan.

Anggapan Prawira sebagai kubu favorit menyongsong musim baru IBL tidak lepas dari kedatangan Gibi ke tim asal Bandung itu.

Gibi punya rekam jejak positif dalam musim perdananya berkarier di Indonesia, yakni membawa Stapac Jakarta menjadi juara. Ia mengejutkan peta persaingan dengan pola permainannya yang mengandalkan pertahanan man to man hampir sepanjang laga penuh. Sejumlah pemain Stapac yang sebelumnya tak dilirik, kini dipanggil ke timnas basket 5x5 dan 3x3.

Ketika Stapac memutuskan mundur dari IBL karena kekurangan pemain yang sebagian besar ditarik memperkuat timnas basket dengan proyek jangka panjangnya, Gibi yang punya opsi perpanjangan kontrak satu tahun harus melupakan berbagai rencananya dengan klub itu. Ia tetap memutuskan kembali ke Indonesia, menerima tantangan baru yakni menakhodai Prawira.

Namun, Prawira tetap bukanlah Stapac. Setidaknya, jika membandingkan komposisi pemain pun hasil musim lalu membuktikan ada perbedaan.

"Saya pikir kami belum siap menaiki panggung ini, kami belum siap menghadapi laga-laga besar. Para pemain saya masih telalu lembek. Mereka seperti sekumpulan anak remaja baik-baik, tapi remaja baik-baik tidak akan memenangkan sebuah pertandingan," kata dia.

Gibi kini dihadapkan pada harapan perubahan instan dari penampilan para pemain Prawira menjelang laga melawan Louvre Surabaya dalam pertandingan terakhir penyisihan Grup C pada Kamis (21/11) siang.

Kemenangan besat jadi syarat wajib bagi Gibi dan Prawira jika masih ingin melanjutkan kiprahnya di Piala Presiden Bolabasket 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement