REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persela Lamongan berhasil keluar dari zona degradasi di papan klasemen sementara Liga 1 2019 setelah menang tipis 1-0 dari Perseru Badak Lampung pada laga lanjutan pekan ke-28 di Stadion Surajaya, Lamongan, Rabu (20/11) malam WIB. Pertarungan antarkedua tim yang ingin keluar dari zona degradasi itu berlangsung sengit hingga menit-menit akhir.
Setelah mengantongi tiga poin dari laga tersebut, tim berjuluk Laskar Joko Tingkir itu sukses mengamankan posisi di peringkat ke-15 dengan 28 poin, selisih satu poin dari Perseru Badak Lampung di peringkat ke-16.
Namun, selain persaingan ketat antarkedua tim di lapangan, laga tersebut juga sempat diwarnai kericuhan oleh suporter yang merangsek masuk ke lapangan untuk melancarkan protes terhadap Persela. Momen itu terjadi setelah kegagalan pemain Persela Alex dos Santos dalam mengeksekusi tendangan penalti di menit ke-71.
Aksi tersebut juga diwarnai pengrusakan stadion kebanggaan warga Lamongan tersebut, mulai dari membakar spanduk di pinggir lapangan hingga membakar jaring gawang, suporter Persela juga membentangkan spanduk yang bertuliskan “Jangan bikin malu Lamongan”.
Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali mengatakan, tindakan yang dilakukan oknum suporter Persela dengan dalih melancarkan protes kepada manajemen Persela tidak dapat dibenarkan. Hal serupa juga sebelumnya pernah terjadi saat Persebaya Surabaya kalah 2-3 dari PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) pada akhir Oktober lalu.
Akmal menilai banyak cara lain yang lebih elegan untuk menyuarakan kekecewaan. "Invasi lapangan yang dilakukan suporter adalah perilaku yang tidak benar. Banyak cara yang lebih elegan untuk menyampaikan kekecewaan kepada klub tanpa harus merusak jalannya pertandingan," kata Akmal saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (21/11). "Persela dan La Mania harus disanksi berat karena tak mampu menjaga keamanan dan kenyamanan pertandingan sesuai regulasi."
Laga yang sempat ditunda selama hampir satu jam itu akhirnya dapat dilanjutkan kembali setelah adanya jaminan keamanan. Satu gol kemenangan Persela pun dapat diciptakan di menit ke-90+4 oleh Mochammad Zainuri.
Namun, pelatih Perseru Badak Lampung, Milan Petrovic mengaku sangat kecewa dengan keputusan wasit yang dianggap tidak adil dan membuat keputusan kontroversial. Milan menilai kedua tim bermain dengan bagus, hanya saja setelah kericuhan terjadi, keputusan wasit menjadi berat sebelah.
Menanggapi hal itu, Akmal menegaskan agar pelatih atau pemain Perseru yang merasa adanya ketidakadilan oleh perangkat pertandingan, harus bicara lebih lantang. "Mereka yang merasa ada pengaturan skor, kalau bisa mereka bicara yang lantang. Dibuka saja secara terang benderang," kata Akmal yang juga koordinator Save Our Soccer itu.
Di samping itu, Akmal kembali menegaskan kepada seluruh suporter klub bahwa siapa pun yang tidak berkepentingan dilarang memasuki lapangan. Dia berharap, ke depan tidak ada lagi suporter klub yang melancarkan protes di lapangan dan mengganggu jalannya pertandingan.
Akmal meminta komite disiplin (Komdis) PSSI untuk bertindak tegas dan memberikan sanksi yang dapat menimbulkan efek jera. Sebab, jika terus dibiarkan, lanjut dia, maka akan memberikan inspirasi kepada suporter lainnya untuk melakukan hal serupa.
Sementara itu, Ketua Komdis PSSI Asep Edwin belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait kasus yang terjadi pada laga Persela Lamongan kontra Perseru Badak Lampung tersebut. Asep mengatakan pihaknya sedang mendalami laporan yang diberikan oleh komisi pertandingan pada laga tersebut.
Selain itu, Komdis PSSI juga harus mengklasifikasi pelanggaran kode disiplin mana yang layak untuk dikenakan kepada Panpel Persela atas kericuhan suporter yang menyebabkan tertundanya laga dan pengrusakan terhadap fasilitas stadion. "Sedang didalami," kata Asep kepada Republika.co.id melalui pesan singkat, Kamis (21/11).