Kamis 21 Nov 2019 19:56 WIB

Portfolio Investasi Syariah Secara Nasional Masih Rendah

Rendahnya minat korporasi ke pasar modal syariah karena minimnya pemahaman.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Portfolio investasi syariah secara nasional dinilai masih rendah. Sekretaris Bidang Pasar Modal Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), M Bagus Teguh Perwira, mengatakan diperlukan peran berbagai pihak dalam meningkatkan portofilio investasi syariah ini.

"Semuanya berperan, pemerintah harus lebih banyak lagi menerbitkan instrumen syariah," ujar Teguh saat ditemui dalam acara Sharia Investment Week 2019, di Jakarta, Kamis (21/11). 

Baca Juga

Teguh mengakui, pertumbuhan industri pasar modal syariah memang meningkat pesat, terlebih dari sisi jumlah investor ritel. Namun, untuk meningkatkan portfolio investasi syariah secara nasional dibutuhkan lebih banyak investor dari kalangan korporasi. 

Menurut Teguh, rendahnya minat korporasi masuk ke pasar modal syariah sejalan dengan pemahaman yang masih rendah terhadap pasar modal itu sendiri. Misal, ketika membutuhkan dana korporasi lebih memilih menerbitkan obligasi ketimbang sukuk lantaran tidak familiar dengan mekanisme surat utang syariah tersebut.