REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Frozen II yang sedang tayang di bioskop Indonesia menampilkan cukup banyak muatan mitologi. Ingatan Elsa dan Anna tentang legenda kuno menjadi petunjuk menemukan kebenaran masa lalu dan jati diri mereka yang sebenarnya.
Dongeng tentang alam serta cerita-cerita magis itu memang menarik, sekaligus memberi penjelasan gamblang mengenai kondisi tokoh utama. Film pun menjadi pengingat supaya manusia menjaga keseimbangan hubungan dengan alam dan lingkungan.
Akan tetapi, ada bagian yang terkesan dipaksakan. Pada beberapa momen, penyuka tayangan animasi mungkin akan merasa seperti menonton film lain yang juga berkutat dengan elemen-elemen alam seperti tanah, air, api, dan udara.
Film Frozen 2.
Kejanggalan lain agak terasa di akhir film, yang seketika semua menjadi happy ending ala Disney. Penyelesaian konflik masih berhubungan dengan hubungan persaudaraan Elsa dan Anna, sayangnya tidak sealami adegan puncak di film pertama.
Sebagian penonton mungkin bertanya-tanya, mengapa baru sekarang Elsa mendengar suara-suara ganjil yang mengundangnya datang? Apa yang sudah dilakukan Elsa sehingga suara itu muncul dan memberi petunjuk tentang suatu tempat nun jauh di sana?
Ada juga pengulangan konflik serupa dengan film pertama. Karakter bernama Pangeran Hans dalam Frozen digambarkan sebagai pria haus kekuasaan yang ingin mendapat tahta dengan cara apa saja. Karakter yang tak jauh berbeda muncul pada sekuel ini.
Sosok pria tersebut menghalalkan segala cara demi melanggengkan kekuasaan, bahkan menghilangkan nyawa orang tak berdosa. Disney mengemasnya dalam lintasan memori dan simbol-simbol visual sedemikian rupa sehingga adegan tidak terkesan sadis.
Visual memang menjadi kekuatan utama Frozen II. Muatan cerita mitologi yang disampaikan agaknya bakal 'kering' tanpa visual indah dengan semburat musim gugur sepanjang film. Acungan jempol lain adalah penampilan baru Elsa dan Anna yang semakin menawan.