Sabtu 23 Nov 2019 12:43 WIB

Survei: Umat Islam Jadi Suara Penentu dalam Pemilu Inggris

Pemilu Inggris akan digelar 12 Desember.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Pengemudi taksi mengibarkan bendera Inggris usai keluar keputusan jajak pendapat yang menyebut Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.
Foto: Reuters
Pengemudi taksi mengibarkan bendera Inggris usai keluar keputusan jajak pendapat yang menyebut Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Muslim Inggris dapat mempengaruhi hasil suara di lebih dari 30 daerah pemilihan marginal dalam pemilihan umum pada 12 Desember 2019 mendatang. 

Menurut penelitian oleh Dewan Muslim Inggris (MCB), pemilih Muslim dapat memiliki dampak 'tinggi' atau 'sedang' terhadap hasil pemungutan suara tersebut.

Baca Juga

Hal ini diungkapkan MCB saat merilis daftar dari 31 kursi marginal di mana suara Muslim akan berdampak pada 18 November 2019 lalu. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya MCB untuk mendorong komunitas Muslim agar memilih dalam pemilu nanti. 

Hal ini juga dikatakan telah didukung dengan antusias oleh masjid dan tokoh masyarakat dari London hingga Aberdeen. 

Data MCB melengkapi strategi Pemilihan Umum non-partisan yang lebih luas, dengan fokus pada peningkatan partisipasi pemilih Muslim dan memastikan masyarakat terlibat secara mendalam dengan debat pemilu.

Selain itu, MCB juga mengidentifikasi masalah keprihatinan bagi komunitas Muslim melalui janji dan platform kebijakan yang lebih luas. 

Sementara itu, MCB juga mendorong jariangan afiliasi masjid dan asosiasi untuk mempromosikan pendaftaran pemilih dan memfasilitasi Hari Registrasi Pemilih Muslim Nasional pertama di Inggris pada 22 November. 

Kampanye nasional itu diikuti oleh sejumlah masjid dan organisasi masyarakat, termasuk Masjid Finsbury Park di London Utara, Masjid Pusat Birmingham, dan Masjid Alhikmah serta Pusat Komunitas di Aberdeen.  

"Sebagai peserta aktif dalam masyarakat, umat Islam dalam semua keragaman mereka dapat memainkan peran penting dalam pemilihan umum, dan kami berharap bahwa partai-partai mendengarkan dan menjangkau komunitas Muslim di seluruh negara untuk terlibat dalam masalah yang menjadi perhatian," kata Sekretaris Jenderal MCB, Harun Khan, dilansir di laman resmi MCB, Sabtu (23/11).  

Asisten Sekretaris Jenderal MCB, Zara Mohamed, mengatakan Muslim di Inggris perlu menyadari potensi mereka untuk melakukan perubahan melalui partisipasi politik. 

Menurutnya, masjid, organisasi komunitas, organisasi kemahasiswaan atau kelompok wanita dapat membuat perbedaan dengan ikut mendaftar dalam pemilihan suara.

Melalui suara mereka, Muslim di Inggris berharap besar akan sebuah perubahan yang turut memperhatikan masalah yang dihadapi mereka saat ini. Salah seorang Muslim di Inggris, Mohammad Shoaib, mengatakan bahwa salah satu isu paling lazim di Inggris adalah Islamofobia dan kejahatan berlatar kebencian. 

Menurutnya, kejahatan kebencian yang dihadapi Muslim bukan hanya di jalanan, melainkan hal itu juga dilihat dari para politisi, di media, di tempat kerja, dan tempat bermain. 

Sementara itu, Muslim lainnya, Bashir Ibrahim, mengatakan Brexit telah diurutkan. Menurutnya, mereka yang akan kalah dan menderita paling banyak di bawah Brexit kemungkinan adalah etnis minoritas dan berpotensi Muslim. Dalam hal ini, Muslim tidak berada di daftar, tidak diajak berkonsultasi, dan tidak diajak terlibat.

"Perubahan tidak akan terjadi di masjid, namun itu terjadi di kotak suara di negara ini. Karena itu penting untuk muslim ikut memilih dalam pemungutan suara," kata Ibrahim, dilansir di BBC.

Di London, ada 11 kursi di London Raya di mana Muslim bisa menentukan suara mengambang. Menurutnya,Muslim harus memastikan mereka terdaftar dalam pemungutan suara. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement