REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Garda Revolusi Iran menangkap dan menahan 100 orang yang meimpin aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di negaranya. Iran sempat dilanda huru-hara akibat demonstrasi tersebut.
"Sekitar 100 pemimpin, kepala, dan tokoh utama kerusuhan baru-baru ini diidentifikasi dan ditangkap di berbagai bagian negara oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran," ungkap juru bicara kejaksaan Iran Gholamhossein Esmaili pada Jumat (22/11), dikutip laman Al Arabiya.
Menurut otoritas Iran, mereka yang ditangkap terlibat dalam aksi penyerangan terhadap kantor polisi dan pembakaran pom bensin. Mereka pun disebut dalam aksi penjarahan toko-toko di sana.
Organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International meyakini terdapat lebih dari 100 orang tewas selama aksi demonstrasi menentang kenaikan harga bahan BBM di Iran pekan lalu.
Amnesty mencatat, setidaknya ada 106 korban tewas yang tersebar di 21 kota di Iran. Data itu diperoleh dari keterangan saksi mata, bukti video yang terverifikasi, dan informasi aktivis HAM di sana. Sejumlah korban tewas akibat ditembak penembak jitu yang disiagakan di atap-atap gedung. Ada pula penembak jitu yang membidik dari helikopter. Saat ini gelombang demonstrasi di Iran mulai surut.
Aksi demonstrasi di Iran pecah pada Jumat lalu. Hal itu terjadi setelah Iran mengumunkan kebijakan kenaikan harga BBM sebesar 50 persen, yakni dari 10 ribu real per liter menjadi 15 ribu real per liter.
Bentrokan antara massa dan aparat keamanan tak terhindarkan. Beberapa orang, termasuk anggota polisi, tewas dalam kericuhan tersebut. Tiga anggota pasukan keamanan ditikam hingga mati di dekat Teheran. Terdapat sekitar 1.000 demonstran yang ditangkap otoritas Iran.