REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan dibutuhkan program kesehatan untuk diterapkan di pesantren
"Dibutuhkan program kesehatan untuk diterapkan di pesantren," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Wiendra Waworuntu, saat mengunjungi Universitas Darussalam Gontor, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (23/11).
Ia menambahkan, pesantren sehat diterapkan mengikuti apa yang dilaksanakan untuk kesehatan diri sendiri dan untuk masyarakat.
Ia menjelaskan, penerapan program Pesantren Sehat dilakukan untuk mencegah terjadinya faktor-faktor risiko pada warga pesantren. Faktor risiko tersebut dapat berupa penyakit kulit, diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, dan TBC.
Menurut Wiendra, pesantren merupakan tempat berkumpulnya anak-anak dalam satu lingkungan yang begitu besar dengan kerapatan kontak fisik yang tinggi.
“Tentunya kami akan sangat concern selain dari pada PHBS yang ada di pesantren, juga sanitasi dan lingkungannya juga,” ujarnya.
Sebagai contoh, kata Wiendra, Kemenkes mempunyai program pada pesantren sehat ini adalah bagaimana supaya anak itu tidak menderita TBC. Kemenkes dan Dinas Kesehatan setempat mengharapkan santri putra dan putri yang positif TBC tidak dipulangkan sebelum dilkukan perawatan, karena pasien itu bisa sembuh dan sehat asal dia minum obat secara teratur.
Karena itu, pihaknya melakukan screaning penyakit tuberkulosis (TBC) pada santri seperti yang dilakukan di Pesantren Darussalam Gontor.
“Kami juga skrining untuk deteksi dini, sehingga harapan kita bahwa di Ponpes ini kesehatan anak itu terjaga, Sehingga nantinya menghasilkan kualitas hidup santri yang sehat di Ponpes ini,” katanya.
Selain itu, ia meminta kebersihan makanan dan kualitas air perlu dijaga. Dinas Kesehatan setempat harus memonitoringnya, biasanya enam bulan sekali untuk melihat air di tempat itu.
“Sebenarnya di pesantren-pesantren itu harus ada kadernya, baik itu kader kesehatan lingkungan, kader TBC, kader gizi. Itu sangat penting,” katanya. N Rr Laeny Sulistyawati