Ahad 24 Nov 2019 14:22 WIB

Trump Membela Diri terkait Skandal Ukraina

Trump berkelit dengan alasan Ukraina negara korup

Rep: Lintar Satria/Reuters/ Red: Joko Sadewo
Donald Trump membela diri terkait skandal Ukraina. Foto Donald Trump (ilustrasi)
Foto: republika
Donald Trump membela diri terkait skandal Ukraina. Foto Donald Trump (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela keputusannya, yang melibatkan pengacara pribadinya Rudy Guiliani dalam kebijakan luar negeri AS terhadap Ukraina . Masalah ini menjadi fokus rapat dengar penyelidikan pemakzulan yang digelar House of Representative.

"Dia seperti tokoh ikonik di negara ini karena dua alasan, dia walikota terhebat New York dan dia pejuang terhebat yang melawan kejahatan mungkin dalam 50 tahun terakhir," kata Trump dalam acara 'Fox and Friends' di stasiun Fox News, Ahad (24/11).

Pada 20 November lalu Duta Besar AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland mengatakan ia harus mengikuti instruksi Trump untuk melibatkan Guiliani dalam kebijakan dengan Ukraina. Sondland mengatakan pada bulan Mei, Trump memberitahu dirinya dan Menteri Energi Rick Perry,  serta utusan khusus AS untuk Ukraina saat itu Kurt Volker, untuk bekerja bersama Giuliani. 

"Dia juga teman saya, dia orang hebat, ketika Anda menghadapi negara korup, jika Rudy Giuliani, dia punya kredensial karena reputasinya, ketika Rudy Giuliani ke sana dan Anda mendengar negara korup, saya maksud, itu artinya banyak," kata Trump.

Fokus penyelidikan pemakzulan adalah sambungan telepon 25 Juli antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Trump diduga menahan bantuan militer dan menawarkan kunjungan ke Gedung Putih kepada Zelenskiy, agar ia bersedia menyelidikan lawan politiknya.

Trump meminta Zelenskiy untuk menyelidiki mantan wakil presiden Joe Biden dan putranya Hunter, yang bekerja di perusahaan energi Ukraina Burisma. Sambungan telepon itu juga membahas teori konspirasi, yang menyatakan Ukraina bukan Rusia yang melakukan intervensi dalam pemilihan presiden 2016. 

Dalam penyelidikan pemakzulan ini Partai Demokrat mencari tahu apakah Trump menyalahgunakan kekuasaannya dengan menahan bantuan militer senilai 391 juta dolar AS, yang disetujui Kongres. Bantuan itu untuk membantu Ukraina menghadapi separatis yang didukung Rusia di bagian timur negara itu.

"(Ukraina) dikenal sebagai negara paling korup ketiga di dunia, apakah kami akan mengirimkan uang dalam jumlah besar ke negara itu, dan mereka korup dan mereka mencuri uang dan ke rekening bank semua orang," kata Trump kepada Fox News.

Pada tahun 2018 lalu Transparency International’s Corruption Perceptions Index menempatkan Ukraina di peringat 120 dari 180 negara. Dari 100 poin Ukraina hanya mendapatkan 32 poin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement