REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten, Bazari Syam mengatakan, madrasah yang merupakan tempat berkembangnya kebudayaan Islam diharapkan bisa menjadi ujung tombak pelestarian tradisi lisan, khususnya di wilayah Banten.
Hal ini disampaikan Bazari saat menghadiri kegiatan Pembahasan Draft Final Modul Pengembangan Lektur dan Khazanah Keagamaan yang diselenggarakan di Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) di Serang Banten pada 20-23 November 2019.
"Saya berharap betul ada upaya-upaya yang dilakukan untuk pelestarian tradis lisan di Banten, terutama melalui madrasah," ujar Bazari dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (24/11).
Dia menjelaskan, kondisi tradisi lisan saat ini sangat memprihatinkan karena generasi muda sudah tidak begitu tertarik dengan tradisi itu. Menurut dia, ada perubahan besar budaya yang mempengaruhi seni tradisi lisan, sehingga perlu perhatian serius agar tradisi lisan tidak punah.
"Bila pelestarian dan kebudayaan asli daerah ini berjalan, kita bisa menghindari benih-benih kekerasan dan radikalisme di Madrasah," ucap Bazari.
Hal senada juga disampaikan peneliti dan akademisi UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Helmy Faizal Bahrul Ulum. Menurut dia, salah satu media yang paling memungkinkan sebagai pengenalan dan pelestarian tradisi lisan adalah sekolah atau madrasah.
“Anak sekolah paling mudah disusupi hal-hal baru. Tapi bukan berarti tidak mau menerima kebudayaan tradisional. Mungkin kita bisa sesuaikan dengan konteks kekinian. Misalkan dikreasikan atau dipadukan dengan tari konteporer atau modern. Agar anak-anak generasi melenial tertarik pada seni tradisi lisan ini," kata Bazari.
Menurut dia, bentuk kolaborasi antara seni modern dan tradisional tersebut diharapkan bisa memicu kreatifitas siawa madrasah untuk menciptakan kreasi baru. Dengan catatan, lanjutnya, hal itu tidak merubah esensi dan makna dari seni tradisional itu sendiri.
"Untuk pengembangan selanjutnya bisa melalui event, festival atau kegiatan seni di daerah masing-masing” kata Helmy yang juga merupakan ketua lembaga pemerhati budaya Banten, Bantenologi.
Helmy menambahkan, selain melalui madrasah atau sekolah, pelestarian tradisi lisan juga bisa dilakukan melalui pendokumentasian. Menurut dia, tradisi lisan diwariskan juga secara lisan, sehingga harus ada dokumentasi audio visual.