REPUBLIKA.CO.ID, BUSAN -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia akan mendampingi Presiden Joko Widodo yang dijadwalkan akan menghadiri lunch meeting bersama 10 top manajemen dan Chief Executive Officer (CEO) dari korporasi kakap Korea Selatan. Pertemuan tersebut akan digelar pada Senin (25/11) besok di Hotel Lotte, Busan, Korea Selatan.
“Insyaallah, Bapak Kepala BKPM akan mendampingi Bapak Presiden besok,” kata Direktur Promosi Sektoral BKPM Imam Soejoedi, di Busan, Ahad (24/11).
Selain Kepala BKPM, kata Imam, beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju juga ikut mendampingi, di antaranya Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Mentri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir.
Imam mengatakan BKPM mengundang sebanyak 10 top manajemen dan CEO dari korporasi-korporasi kakap Korea yakni dari Lotte Corporation, Posco, Hankook Technology Group, SK E&C, CJ Group, LG Chem, GS Global, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Doosan Corporation, dan The export Import Bank of Korea (KEXIM).
“Semua menyatakan siap hadir,” tegas Imam.
Dia menambahkan agenda Kepala BKPM mendampingi Presiden merupakan rangkaian kegiatan kunjungan kerja sebelum Konferensi Tingkat Tinggi 30th ASEAN-ROK Commemorative Summit yang berlangsung hingga 26 November 2019. “Termasuk agenda yang sudah kita siapkan,” katanya.
Anggota Komite Investasi Bidang Komunikasi dan Informasi BKPM Rizal Calvary Marimbo mengatakan Kepala BKPM sangat konsen dengan Korea. Selain sebagai salah satu sumber aliran Penanaman Modal Asing (PMA), kata Rizal, negara Gingseng ini masih menempatkan Indonesia di posisi ketiga sebagai negara destinasi investasi utamanya.
“Bahkan kita masih kalah dari Vietnam. Ini tantangan kita,” ujar Rizal.
Dia mengatakan total PMA Korea ke Indonesia dari 2014 hingga Kuartal III-2019 sebesar 7,67 miliar dolar AS. Sektor atau industri yang dimasuki yakni mesin dan industri elektronik sebesar 14 persen, pertambangan 12 persen, pakaian 8 persen, karet dan plastik 8 persen), dan lain-lain sebesar 51 persen.