REPUBLIKA.CO.ID, LANGKAT -- Pendapatan nelayan pencari kepiting di Air Tawar Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat menurun diduga dampak limbah pabrik kelapa sawit yang dibuang ke parit maupun juga ke sungai. Hal itu disampaikan Jemi, warga Air Tawar Gebang yang berprofesi sebagai nelayan pencari kepiting, di Gebang, Ahad (24/11).
Ia mengaku PT JPN telah puluhan tahun membuang limbah ke parit warga, dimana dampaknya hasil tangkapan kepiting anjlok. Menurut dia, biasanya dia bisa mengantongi hasil antara Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu setiap hari, namun akibat pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah PT JPN pendapatannya merosot jauh.
“Biasanya saya bisa menghasilkan Rp 100 ribu tapi karena banyak kepiting mati, penghasilan saya nyaris tak ada lagi,” katanya.
Warga Air Tawar Dalam ini mengaku, akibat air tercemar banyak kepiting yang mati, bahkan biawak pun ikut mati, sementara warga mengalami gatal-gatal. Kepala Lingkungan III Air Tawar Dalam Kelurahan Pekan Gebang P Harahap membenarkan adanya dugaan pencemaran lingkungan yang terjadi akibat pembuangan limbah PT JPN ke parit atau kanal yang mengalir ke Paluh Air Tawar hingga bermuara ke laut Gebang.
Dia memperkirakan dampak lingkungan pencemaran limbah PT JPN hingga puluhan kilometer ke arah laut yang berakibat matinya sebagian besar habitat kepiting. “Kalau dampaknya jelas puluhan kilometer dari objek pembuangan limbah, hal ini terjadi tahunan,” katanya.
Warga pernah melakukan aksi protes ke manajemen PT JPN dan ke DPRD Langkat, tapi belum ada tindakan pencegahan dan hanya sekedar meninjau ke lapangan saja. “Warga banyak yang mengeluhkan pencemaran lingkungan ini. Kami telah mengadu ke manajemen PT JPN dan DPRD Langkat, namun belum dituntaskan secara serius,” ungkapnya.