REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB mengatakan mobil yang diserang pada Ahad (24/11) adalah kendaraan yang dipakai sehari-hari untuk mengantar staf PBB dari pusat Kabul ke kantor Misi PBB di Afghanistan (UNAMA). Mobil dengan tanda PBB rusak berat setelah terkena granat tangan.
Pada Senin (25/11) melalui situs resminya PBB mengecam serangan tersebut. UNAMA menuntut pihak berwenang Afghanistan untuk segera melakukan penyelidikan dan membawa pelaku ke pengadilan.
Pernyataan ini dirilis di hari yang sama saat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres menyerukan pihak berwenang untuk segera melakukan identifikasi dan membawa orang yang bertanggung jawab ke pengadilan. Satu orang dilaporkan tewas dalam serangan ini.
PBB mengatakan serangan ini dilakukan saat korban sipil yang tewas akibat kekerasan di Afghanistan sudah menembus rekor. Pada bulan Oktober UNAMA merilis laporan yang menyebutkan untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan korban sipil yang tewas mencapai delapan ribu orang.
Bulan Juli menjadi bulan yang paling berdarah di negara itu. Pada Oktober juga ada 85 orang yang tewas dan 372 orang lainnya terluka dalam kekerasan yang berkaitan dengan pemilihan umum. "Kekerasan yang disengaja bertujuan untuk melemahkan pemilihan umum," kata Kepala UNAMA Tadamichi Yamamoto.
UNAMA mengatakan pada saat ini atau pun waktu dekat identitas staf PBB yang tewas atau terluka dalam peristiwa tersebut tidak akan diumumkan. Hingga kini belum ada kelompok yang mengaku bertanggungjawab atas serangan itu.