REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali kedatangan dua emiten baru. Keduanya, PT Palma Serasih Tbk dan PT Mulia Boga Raya Tbk, mencatatkan saham perdana mereka melalui papan pengembangan.
PT Palma Serasih Tbk tercatat di BEI dengan kode saham PSGO. Memulai usaha sejak 2008, perseroan bergerak di bidang perkebunan dan industri pengolahan minyak kelapa sawit.
Dalam aksi korporasi ini, PSGO melepaskan saham sebanyak 2,85 miliar lembar dengan harga penawaran Rp 105 per lembarnya. Adapun dana yang terhimpun dari IPO ini yaiu sebesar Rp 299,25 miliar.
"Dengan IPO ini, kami memiliki peluang yang jauh lebih besar dalam melakukan ekspansi usaha," ujar Direktur Utama PT Palma Serasih Tbk, Budiono Tanbun, di gedung BEI, Senin (25/11).
Budioni mengatakan, dana hasil IPO ini akan digunakan seluruhnya untuk peningkatan setoran modal di entitas anak agar dapat melakukan ekspansi usaha. Dia merinci, 43,66 persen dari dana akan dialokasikan untuk belanja modal tanaman.
Selain itu, dana juga dipergunakan untuk belanja modal nontanaman sebesar 12,44 persen. Sedangkan untuk modal kerja, perusahaan mengalokasikan sebesar 29,76 persen. Sisanya sebesar 14,15 persen digunakan untuk tambahan dana pembangunan pabrik kelapa sawit.
Sementara itu, PT Mulia Boga Raya tercatat dengan kode saham KEJU. Dalam aksi korporasi ini, perseroan melepas 100 juta lembar saham dengan harga penawaran Rp750 per lembarnya.
Dengan demikian, dana yang terhimpun dari IPO tercatat sebesar Rp 75 miliar. Sekretaris Perusahaan Fridolina Alexandra Liliana mengatakan dana dari IPO akan digunakan untuk modal kerja khususnya operasional perusahaan.
Setelah IPO, Fridolina memproyeksikan peningkatan laba bisa meningkat sampai 10 persen pada 2020. "Kami optimis karena permintaan masyarakat terhadap keju masih tinggi," ujar Fridolina.
Hingga akhir tahun ini, perseroan menargetkan dapat mencatatkan laba sebesar Rp 90 miliar. Angka ini naik 35 persen dibandikan laba tahun lalu. Sementara itu, untuk belanja modal, perusahaan menyediakan dana sebesar Rp 45 miliar. Sampai saat ini, jumlah dana yang terserap untuk belanja modal baru sekitar Rp 30 miliar.