REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan Museum Pendidikan Surabaya yang ada di Jalan Gentengkali nomor 10, Genteng, Surabaya, Senin (25/11). Risma mengungkapkan, gedung yang dijadikan Museum Pendidikan memiliki sejarah panjang. Gedung tersebut sebelumnya merupakan gedung Taman Siswa, yang dilengkapi koleksi pemdidikan di masa lampau.
"Gedung ini sebetulnya sudah punya sejarah karena sebelumnya adalah gedung Taman Siswa. Karena itu kita fungsikan sebagai Museum Pendidikan dan kita punya banyak koleksi tentang pendidikan masa lampau," ujar Risma di sela peresmian.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut menegaskan, Museum Pendidikan Surabaya yang baru diresmikan tersebut dimaksudkan untuk dijadikan alat pendidikan bagi anak-anak, tidak hanya dari Surabaya, tapi juga dari berbagai daerah lainnya. Tujuannya, kata Risma, supaya anak-anak mengetahui perkembangan pendidikan dari zaman dulu, sampai saat ini.
"Ini dulu kan gedung Taman Siswa. Taman Siswa itu kan pendidikan pertama untuk orang-orang pribumi untuk mereka bisa sekolah. Karena itu kenapa kemudian kita jadikan museum," ujar Risma.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Antiek Sugiharti menjelaskan, Museum Pendidikan tersebut lebih banyak menceritakan bagaimana pendidkan mulai dari zaman prasejarah sampai era saat ini. "Jadi kalau dilihat dari storyline, mulai dari praaksara, zaman kerajaan, zaman kolonial, sampai di zaman kemerdekaan, hingga saat ini," kata Antiek.
Antiek mengungkapkan, total sementara ada 860 koleksi yang dipajang di museum tersebut. Diakuimya, ada bebrapa koleksi yang langka, termasuk dokumen pendidikan lama, yang mulai dari zaman penjajahan sampai kemerdekaan. Adapun, koleksinya yang paling menarik menurutnya adalah manuskrip kuno.
"Ada beberapa sarana prasarana pendidikan mulai dari zaman lama hingga sat ini. Nanti masih berkembang ada beberapa yang baru masuk ini juga sumbangan dari keluarga KH. Achmad Dahlan, untuk membuat stainlees steel yang lama sejak jaman pendidikan yang dikelola sejak jaman KH. Achmad Dahlan," ujar Antiek.