Senin 25 Nov 2019 13:13 WIB

Presiden: Pemerintah Mulai Tata Riset dan Inovasi

Pemerintah akan mengembangkan riset dan inovasi.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Muhammad Hafil
Peneliti di laboratorium penelitian (Ilustrasi)
Foto: Corbis
Peneliti di laboratorium penelitian (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan fokus pemerintah saat ini setelah melakukan pembangunan infrastruktur pada periode pemerintahannya yang pertama. Ia mengatakan saat ini, pemerintah tengah berupaya membangun sumber daya manusia.

Usai pembangunan SDM ini selesai, maka pemerintah akan mengembangkan riset dan inovasi. Hal ini disampaikannya saat bertemu dengan para ilmuwan dan peneliti dari Indonesia yang berada di Korea Selatan.

"Kita tidak ingin pikiran kita itu semuanya kita kerjakan, dan enggak ada hasilnya semuanya. Jadi pemerintah sekarang ini ingin bekerjanya fokus, gampang dikontrol, dicek, diawasi, sehingga tidak semuanya. Memang ini kita baru menata untuk riset dan inovasi," kata Presiden Jokowi di Busan, dikutip dari siaran resmi Istana, Senin (25/11).

Ia juga menyampaikan keinginannya agar terdapat sebuah cluster besar yang digunakan untuk riset dan inovasi di ibu kota baru nanti, selain cluster pemerintahan dan juga cluster pendidikan.

Karena itu, anggaran-anggaran yang sebelumnya dialokasikan untuk infrastruktur akan digeser untuk anggaran riset dan inovasi.

"Saya enggak tahu nanti perisetnya ada berapa puluh ribu, tapi saya ingin gede banget karena memang sudah kita siapkan lahan di ibu kota yang baru dan kita ingin kalau sudah masuk ke sana artinya memang harus dibelokkan (anggarannya)," ujar dia.

Menurut Presiden, Indonesia saat ini mulai bertransformasi di bidang riset dan inovasi. Ia mencontohkan, penggunaan B20 yang sebentar lagi menjadi B30 telah berhasil mengurangi impor bahan bakar.

Selain itu, Presiden juga ingin agar Indonesia tidak lagi mengekspor komoditas dalam bentuk bahan mentah.

"Saya kira negara kita memang terlalu banyak barang-barang yang bisa diubah dari yang dulunya diekspor barang mentah, menjadi barang-barang jadi atau setengah jadi. Itu strategi bisnis negara jadi ada added value, ada nilai tambah yang bermanfaat bagi rakyat. Dan kita harus optimis bahwa itu bisa kita kerjakan dengan baik," katanya.

Dengan pengembangan sumber daya manusia dan juga riset serta inovasi, Jokowi yakin prediksi sejumlah lembaga internasional terkait Indonesia emas 2045 akan terwujud.

Pada saat itu, Indonesia disebut akan menjadi empat besar kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan per kapita mencapai USD23.000-29.000 per tahun.

"Kalau sekarang UMK kita baru Rp2-3 juta, nantinya sudah berada pada Rp27 juta per bulan. Lompatan yang sangat besar sekali dan itu akan terjadi kalau step-step besar, pekerjaan-pekerjaan besar di negara kita ini kita lalui dengan tahapan-tahapan yang benar, tanpa terganggu oleh misalnya turbulensi politik. Jangan sampai. Kalau stabilitas politik dan keamanan itu ada seperti ini terus, insyaallah hitung-hitungan itu tidak akan meleset," ujarnya.

Dalam pertemuan ini, Presiden turut didampingi oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement