Senin 25 Nov 2019 13:44 WIB

Harga Komoditas Anjlok, Holding BUMN Tambang Tahan Produksi

Holding BUMN tambang akan memaksimalkan emas untuk mendongkrak pertumbuhan penjualan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Operasional Mining Industrial Indonesia (MIND ID), Ogi Prastomiyono.
Foto: Republika/Intan Pratiwi
Direktur Operasional Mining Industrial Indonesia (MIND ID), Ogi Prastomiyono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding pertambangan pada 2020 mendatang menahan produksi mineral dan batu bara. Keputusan ini diambil karena harga komoditas dunia yang masih anjlok dan fluktuatif.

Direktur Operasional Mining Industrial Indonesia (MIND ID), Ogi Prastomiyono menjelaskan produksi keseluruhan BUMN tambang tak melakukan penambahan produksi karena harga yang masih lemah. Ia menjelaskan, mempertahankan produksi merupakan salah satu caranya agar tetap bisa menjaga pendapatan perusahaan.

Baca Juga

"Saya belum bisa bilang angkanya, tapi more or less sama kayak tahun ini. Karena harga ya makanya masih stagnan," ujar Ogi di Kementerian BUMN, Senin (25/11).

Ogi merinci misalkan dalam sektor batu bara, produksi tetap akan sama seperti tahun ini. Pada kuartal tiga kemarin tercatat PTBA melakukan kenaikan produksi 10 persen menjadi 21,6 juta ton selama kuartal ketiga 2019 dibandingkan 19,6 juta ton pada periode sama tahun lalu.

Sedangkan untuk Antam, Ogi menjelaskan memang secara produksi tidak menambah juga dikarenakan selain ekspor yang ditutup, perusahaan belum bisa memaksimalkan produksi karena kapasitas smelter yang baru bisa menampung adalah smleter Pomala.

"Kita serap sendiri di pomala kan sudah berproduksi. Kita akan turunkan produksinya karena nggak bisa serap seluruhnya kan. Tahun depan Halmahera Timur. Akhir 2020 semoga sudah bisa beroperasi. Mungkin baru bisa nambah," ujar Ogi.

Untuk bisa mencatatkan laporan keuangan yang baik, meski sektor nikel ditahan, perusahaan kata Ogi akan memaksimalkan penjualan emas untuk bisa mendongkrak pertumbuhan penjualan.

"Kan ada band. Kita turun memang produksinya. Antam yang kena nikel. Trading emas aja yang meningkat biar total revenue kita jaga minimal sama dengan tahun lalu," ujar Ogi.

Dalam keterangan resminya, manajemen ANTM menjelaskan bahwa volume produksi feronikel pada Januari—September 2019 mencapai 19.052 ton nikel dalam feronikel (Tni). Sedangkan pada per kuartal III/2019 total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung mencapai sebesar 1.485 kg atau 47.743 oz.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement