REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menemui sejumlah peneliti dan ilmuwan asal Indonesia yang berada di Korea Selatan, Senin (25/11). Dalam pertemuan yang digelar di Hotel Lotte, Busan, tersebut, Presiden Jokowi berpesan agar para ilmuwan tidak lupa untuk kembali dan membangun Tanah Air.
"Sekarang di sini dulu enggak apa-apa, melihat, mengamati, kemudian pada titik tertentu memang nantinya semuanya harus kembali membangun negara kita," kata Presiden Jokowi.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama sekitar 45 menit tersebut, para ilmuwan menyampaikan gagasan-gagasan terkait riset dan inovasi kepada Presiden. Gagasan tersebut dirumuskan dalam judul 'Korea Selatan sebagai Inspirasi Percepatan Kemajuan Riset dan Inovasi di Indonesia' dan 'Strategi Riset dan Inovasi Menuju Indonesia Emas 2045'.
Gregorius Rionugroho Harvianto, salah seorang ilmuwan yang hadir mengatakan, gagasan-gagasan tersebut bersumber dari pengalaman ia dan rekan-rekannya selama menjalani riset di Korea Selatan. Rio, sapaan akrabnya, hadir bersama 21 orang peneliti dan ilmuwan lainnya yang memiliki beragam latar belakang pendidikan, mulai dari teknik kimia, arsitektur, sistem informasi, mitigasi bencana, hingga kesehatan.
"Bagaimana menggunakan anggaran riset lebih efektif untuk strategi riset inovasi, kita beri judul 'Strategi Riset dan Inovasi Menuju Indonesia Emas 2045'. Kami melihat ini sebuah visi jangka panjang, bukan hanya 5 tahun ke depan," kata Rio.
Setidaknya ada tiga gagasan yang disampaikannya di hadapan Presiden Jokowi, yaitu pertama usulan pembentukan Universitas Riset Indonesia. Di Korea Selatan, kata Rio, ada University of Science & Technology (UST) yang berfokus merekrut lulusan S-1 untuk kemudian ditempatkan di lembaga-lembaga riset.
"Indonesia butuh Universitas Riset Indonesia demi menambah jumlah peneliti dalam waktu singkat. UST menghasilkan lulusan dengan 2 paten dan 2 paper. Dana LPDP cukup besar, lebih baik dananya diputar di dalam negeri, untuk riset di dalam negerinya dibandingkan ke luar negeri," jelas Rio.
Selain itu, ia juga mengusulkan perlunya percepatan riset dan inovasi di industri, bukan hanya di lingkungan kampus. Ketiga, ia mengusulkan revolusi konsep 'triple helix' untuk sumber daya manusia Indonesia yang unggul.