REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Goergia adalah negara dengan ibu kota yang di apit dua sungai. Tbilisi nama ibu kota negara itu ramai oleh masyarakat Kristen. Dahulu kota ini pernah dikelola oleh Muslim.
Negeri ini Georgia pertama kali berada di bawah kekuasaan Muslim pada tahun 645 M. Kota itu berkembang pesat. Masyarakatnya hidup dalam kemakmuran. Mereka aktif berdagang untuk mendapatkan keuntungan yang diman- faatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Warisan Islam di Georgia menjadi bangunan unik. Keindahan gaya bangunan kuno itu menjadi magnet pariwisata, sehingga banyak orang dari berbagai negara berdatangan ke sana. Berikut adalah peninggalan Muslim dahulu di kota ini.
Mata Air Tbilisi
Bangunan tua atau monumen dari periode itu semuanya telah musnah, karena negara tersebut kerap menjadi sasaran penaklukan. Namun, jika menggali jauh ke dalam lapisan kota, kita pasti bisa menemukan banyak warisan Islam.
Raja Vakhtang Gorgasali dari Kartli mendirikan Tbilisi pada abad ke-5 M. Nama kota ini terinspirasi dari bahasa Georgia tbiliyang berarti hangat. Itu adalah sebuah mata air alami. Mata air ini sering disebut sebagai pemandian sulfur karena air di sana mengandung mineral yang tinggi. Objek wisata itu menarik gerombolan turis yang datang untuk menikmati pemandian air hangat.
Pemandian Orbeliani
Pemandian ini terletak di dekat kota tua Tbilisi. Area pemandian dibagi menjadi tiga: satu untuk lelaki, lainnya untuk wanita. Ada juga area pemandian pribadi. Bak mandi di dalam- nya menyerupai hammam Turki. Mereka yang menikmati area pemandian itu akan mendapatkan pengalaman seperti hidup kembali dan memanjakan diri, serta merasa segar dan santai.
Objek wisata ini menarik perhatian siapa pun yang men- gunjungi Georgia. Atap bangunan pemandian ini di- hiasi kubah yang unik. Lantai pemandian dihiasi batu alam biru dihiasi dengan pola geometris khas Asia Tengah.
Masjid Tbilisi
Hanya sepelemparan batu dari Orbeliani Baths, setiap orang akan mudah menemukan masjid Tbilisi. Ini adalah satu- satunya masjid di kota tersebut yang didirikan pada 1895.Masjid tersebut tetap bertahan ketika komunis berkuasa. Rezim komunis dikenal paling getol menghancurkan tempat peribadatan dan memusuhi umat beragama.
Masjid ini dibangun dengan batu bata yang memberi warna merah khas. Siapa pun yang melihat batu bata merah itu langsung mengetahui bahwa bangunan tersebut adalah tempat ibadah umat Islam.
Bangunan itu juga dihiasi dengan ujung menara berwarna putih. Interiornya memadukan gaya arsitektur Islam yang indah, menambah keindahan dinding dengan mihrab karya seni masyarakat.