Senin 25 Nov 2019 18:52 WIB

Isu Bangkai Babi, Pedagang Ikan Sebut Omzet Turun 80 Persen

{Pedagang ikan lalu mengampanyekan bahwa makan ikan itu sehat untuk masyarakat.

Warga membawa bangkai babi yang dibuang pemiliknya di Danau Siombak Marelan, Medan, Sumatera Utara (ilustrasi)
Foto: Antara/Septianda Perdana
Warga membawa bangkai babi yang dibuang pemiliknya di Danau Siombak Marelan, Medan, Sumatera Utara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Maraknya isu bangkai babi yang mencemari aliran sungai dan danau di Kota Medan, Sumatera Utara, membuat sebagian orang khususnya masyarakat Kota Medan dan sekitarnya enggan mengonsumsi ikan. Untuk mengatasi hal tersebut, para pedagang ikan di Kota Medan  menggelar acara makan ikan gratis di Pajak Ikan Cemara Jalan Cemara Kecamatan Medan  Timur, Senin (25/11).

"Acara ini untuk mengampanyekan bahwa makan ikan itu sehat untuk masyarakat. Agar masyarakat tidak takut makan ikan. Karena sepinya orang belanja ikan, sangat berdampak buruk," kata Ketua Komunitas Pedagang Ikan Kota Medan, Amnomi.

Baca Juga

Ia menyebutkan, akibat isu bangkai babi tersebut, berdampak terhadap menurunnya harga jual ikan. Para pedagang bahkan mengaku mengalami penurunan omset hingga 80 persen. "Para pedagang ada yang gulung tikar, dan takut menerima ikan dari nelayan. Nelayan tidak melaut. Omset turun 80 persen, seluruh pedagang merasakannya," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara Zulfachri Siagian mengemukakan bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Veteriner Medan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, ikan di wilayah Perairan Belawan layak untuk dikonsumsi.

"Hasil uji lab negatif, artinya ikan tidak terjangkit virus 'hogcholera' (kolera babi) dan aman untuk dimakan," katanya. Dengan adanya hasil uji laboratorium tersebut, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak takut dan ragu lagi untuk mengonsumsi ikan di Perairan Belawan.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement