Selasa 26 Nov 2019 03:05 WIB

Politikus Golkar: Larangan Koruptor Maju tak Perlu Diatur UU

Zulfikar menyebut salah satu cara agar koruptor tak maju adalah komitmen partai.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Pilkada (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pilkada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Zulfikar Arse Sadikin mengaku setuju dilakukan revisi terhadap Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang pemilihan kepala daerah (Pilkada). Namun ia menegaskan bahwa aturan mengenai mantan narapidana korupsi tidak perlu dimasukkan ke dalam revisi tersebut.

Menurut Zulfikar, yang terpenting adalah aktor politik dan partai politik memiliki kesadaran etis yang tinggi sehingga calon-calon kepala daerah terfilter dengan sendirinya.

Baca Juga

"Tidak perlu ada (aturan narapidana). Kan kita ingin memperbaiki sesuatu itu jangan sampai terkendala prosedur, mekanisme, regulasi tapi bagaimana kita punya kesadaran etis yang kuat," tegas Politikus Partai Golkar, pada acara diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (25/11).

Menurut Zulfikar, salah satu cara agar mantan narapidana korupsi tidak maju Pilkada adalah melalui partai politik itu sendiri. Mereka harus terus menyuarakan untuk mencalonkan orang-orang bermasalah atau berpotensi bermasalah di kemudian hari. Di antaranya dengan pakta integritas di masing-masing partai politik.

"Selain memenuhi syarat etis dan normatif di dalam UU, kita juga ada pakta integritas. Para calon juga akan dibuat pakta integritas," terang Zulfikar.

Di samping itu, Zulfikar menyampaikan mantan narapidana di Pilkada nanti menjadi materi di Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar. Sehingga nantinya, dapat dipastikan  bahwa untuk seleksi jabatan publik benar-benar menerapkan prinsip prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela. "Selama ini kan diatur dalam PO (Peraturan Organisasi), kita naikan di AD/ART," tutur Zulfikar. .

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement