Selasa 26 Nov 2019 06:16 WIB

Baznas Bedah Buku Sejarah Nasional Indonesia

Kontribusi pahlawan Islam kurang diberi ruang dalam pelajaran sejarah di Indonesia.

Baznah menggelar acara bedah buku
Foto: Dok Baznas
Baznah menggelar acara bedah buku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka Hari Guru Nasional yang jatuh pada Senin (25/11), Lembaga Beasiswa Baznas (LBB)  menyelenggarakan bedah buku Sejarah Nasional Indonesia untuk Pelajar. Kegiatan tersebut diadakan di Masjid Abu Bakar Ashshiddiq, Jatinegara, Jakarta Pusat, Senin (25/11). 

Buku yang dibedah karya Ustaz Dr Suidat MPdI. Ia  alumni Beasiswa Baznas  program  Kaderisasi Seribu Ulama (KSU) dan merupakan Mudir Pondok Pesantren Adab dan Ilmu (PADI) Depok yang juga menjadi narasumber dalam acara ini.

Narasumber lainnya adalah  Ustaz Dr  Tiar Anwar Bachtiar MHum, alumni Beasiswa Baznas  program Kaderisasi Seribu Ulama (KSU) dan merupakan Doktor Ilmu Sejarah; dan  Syahruddin El-Fikri, penulis buku best seller,  Situs-Situs Dalam Al-Quran dan GM Republika Penerbit. Moderator adalah  Farid Septian,  manajer Baznas  Republik Indonesia.

Bedah buku itu dihadiri  80 peserta dari kalangan guru dan mahasiswa. Juga hadir  penerima manfaat Beasiswa Cendekia Baznas  International Albukhory University Malaysia.

Pelajaran sejarah merupakan salah satu kurikulum penting dalam pendidikan. Buku Sejarah Nasional Indonesia diharapkan menjadi alternatif buku pegangan guru dan siswa yang mudah dipelajari.

photo
Suasana bedah buku "Sejarah Nasional Indonesia untuk Pelajar" yang diadakan oleh Baznas.

Suidat mengatakan, dalam pendidikan,  kurikulum dan guru memegang peran penting. Guru adalah seorang yang membawa pesan kenabian.  Risalah Islam hanya dimiliki oleh guru yang memiliki pesan kenabian. “Jadi,  jika guru hanya berorientasi kepada materi,  lebih baik berhenti menjadi guru," ujar  Ustaz Suidat dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, paling tidak setiap guru memiliki modul untuk mengajar sejarah.  Kontribusi pahlawan Islam sangat besar kepada Indonesia.  Namun dalam pelajaran sejarah di Indonesia, jasa pahlawan Islam  hanya diberi sedikit ruang. Akibatnya terjadi lost of adab, nilai, dan hikmah  yang dapat diambil dari tokoh sejarah,” paparnya. 

Ustaz Tiar Anwar Bachtiar menegaskan, “Sejarah selalu aktual. Sejarah  merupakan hikmah-hikmah dari masa lalu yang dapat kita ambil pelajaran untuk menyelesaikan masalah di masa kini.”

Menurut salah seorang peserta, acara ini sangat bagus dan baik. “Saya sangat tertarik mengikuti acara ini.  Saya juga  guru di sekolah.  Jadi saya bisa menurunkan dan menjelaskan kepada anak didik atau murid-murid saya mengenai materi yang telah disampaikan tadi," ucap  Rizky Aji, salah seorang guru SMA Future Gate.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement