REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku penanggung jawab proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki(TIM) mengungkapkan, Wisma TIM peruntukannya tidak hanya sebagai penginapan. Nantinya, di sana akan ada fasilitas lain untuk digunakan seniman berlatih dan keperluan lainnya.
"Wisma TIM itu tidak hanya penginapan. Ada susunannya, ada fasilitas lain yang bisa digunakan untuk para seniman berlatih," kata Humas Jakpro untuk Revitalisasi TIM Yeni saat ditemui di Jakarta, Selasa.
Yeni menjelaskan, nantinya Wisma TIM akan dibangun dengan 14 lantai dengan rincian, yaitu lantai 1-3 sebagai fasilitas ruang publik seperti galeri kesenian untuk menaruh lukisan-lukisan para seniman serta gerai-gerai untuk usaha ritel. Galeri kesenian itu nantinya diperuntukkan untuk menggantikan ruang Penyimpanan Barang Seni yang sebelumnya mengalami kerusakan pada bagian plafon dan lukisan-lukisan yang ada tertumpuk.
Pekerja menyelesaikan pembangunan revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Selasa (26/11).
Selanjutnya, menurut Yeni, di lantai 5-6, akan diisi oleh perpustakaan dengan gaya moderen yang sederhana untuk mengganti Perpustakaan Umum DKI Jakarta yang juga termasuk bagian kawasan TIM. Lantai ketujuh akan didedikasikan sebagai Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang baru.
"Tentu dengan konsep modern dan tertata dengan rapi," ungkapnya.
Yeni mengatakan, lantai ke 8-14 nantinya akan dijadikan penginapan dengan standar fasilitas hotel berbintang empat dan dapat disewa oleh masyarakat umum. Berdasarkan data yang dipaparkan Jakpro dalam jumpa pers Senin (25/11) diketahui penginapan berbintang empat itu akan berkapasitas sebanyak 200 kamar.
Jakpro mengatakan, nantinya penginapan Wisma TIM berbintang empat itu akan membantu seniman untuk mengumpulkan biaya perawatan pusat kesenian Jakarta itu.
"Nantinya (hotel) hasilnya itu jadi optimalisasi, bukan komersialisasi. Itu akan dikembalikan kepada TIM juga. Siapa pun yang mengurus, bahkan kalau Jakpro tidak jadi pengelola, ya tidak masalah juga," kata Direktur Utama Jakpro Dwi Wahyu Marwoto.
Sebelumnya, para seniman TIM menolak adanya pembangunan hotel dalam revitalisasi kawasan pusat kesenian Jakarta TIM yang akan dikelola oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro). Para seniman TIM menilai dengan adanya hotel yang direncanakan berbintang lima itu maka lambat laun orientasi kawasan budaya akan tergerus menjadi kawasan komersial.