Rabu 27 Nov 2019 14:06 WIB

Lepas Ekspor Pellet, Bogasari: Gandum tak Sekadar Impor

Nilai ekspor pellet tersebut mencapai Rp 132 miliar.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor komoditas pertanian, Rabu (27/11).
Foto: kementan
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor komoditas pertanian, Rabu (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bogasari Flour Mills, anak usaha Indofood Sukses Makmur melepas ekspor wheat bran pellet untuk pakan ternak sebanyak 7.700 ton ke Filipina dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/11). Nilai ekspor pellet tersebut mencapai Rp 21 miliar. Pellet merupakan produk sampingan gandum.

Direktur Indofood Sukses Makmur, Fransiscus Welirang, khusus tahun ini, total ekspor produk pakan ternak oleh Bogasari ke Filipina sejak awal tahun hingga November 2019 telah mencapai 58 ribu ton atau senilai Rp 158 miliar. Adapun, total ekspor pellet ke seluruh negara tujuan ekspor pellet pada periode yang sama mencapai 273 ribu ton dengan nilai diperkirakan tembus Rp 726 miliar.

Baca Juga

"Pellet ini menjadi salah satu bahan baku pakan ternak, pasar kita di Asia Timur. Selain Filipina, ada Jepang, Vietnam, Cina, Jepang, dan Korea. Timur Tengah khususnya Arab Saudi juga sudah," kata Fransiscus dalam pelepasan ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok.

Ia mengungkapkan, bahan baku pembuatan pellet untuk pakan ternak digunakan dari dedak gandum. Adapun dedak gandum merupakan sisa dari proses pengolahan gandum impor menjadi tepung terigu. Gandum impor yang diolah itu, sebanyak 75 persen menjadi tepung terigu dan sisanya, 25 persen yang menjadi dedak gandum dijadikan pellet sehingga seluruhnya menjadi barang yang bernilai.

"Meskipun gandum diimpor, tapi kita tetap berkomitmen untu melakukan re-ekspor dalam berbagai produk sampingan. Walaupun situasi ekonomi kurang baik, volume ekspor kita tetap terjaga," kata Fransiscus.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, diekspornya pellet yang dibuat dari gandum membuktikan bahwa tidak seutuhnya komoditas gandum hanya menjadi barang yang diimpor. Ekspor tersebut, setidaknya bisa mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah komoditas impor lewat ekspansi ekspor.

"Ekspor seperti ini harus dikawal terus sehingga lonjakan ekspor harus tiga kali lipat dari kondisi saat ini," kata Syahrul.

Ia pun menjanjikan bahwa pemerintah siap bekerja sama dengan pelaku usah auntuk melakukan diplomasi bisnis dengan negara mitra dagang. Sembari menyiapkan kesiapan industri dalam negeri untuk memenuhi permintaan global.

 

"Seperti itulah cara berpikir kita, kita boleh impor dan impor tidak haram apabila dengan segala daya dan upaya kalau memang tidak ada lagi kemampuan kita dalam negeri," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement