REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki tak akan menggabungkan sistem rudal S-400 buatan Rusia ke dalam sistem pertahanan udara atau keamanan NATO. Demikian pernyataan juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin, seperti dilansir Kantor Berita Anadolu, Selasa (27/11).
Turki membuat geram Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO lainnya lantaran membeli sistem rudal pertahanan udara buatan Rusia yang menurut sekutu Barat berlawanan dengan pertahanan NATO. Washington mengeluarkan Ankara dari program pesawat tempur siluman F-35 di mana Turki menjadi produsen sekaligus konsumen.
"Kami masih mengerjakan rincian teknisnya. Sistem S-400 tidak akan dipadukan ke dalam sistem pertahanan udara atau sistem keamanan NATO," kata Kalin saat konferensi kebijakan luar negeri di Berlin.
"Itu akan tetap menjadi sistem pertahanan independennya sendiri. Kekhawatiran soal isu ini dapat sedikit berkurang," katanya.
Pada Selasa kepala agen perantara negara Rusia untuk ekspor senjata Rosoboronexport mengatakan Rusia berharap dapat mengantongi kesepakatan pasokan sistem rudal S-400 lebih banyak ke Turki dalam semester pertama tahun depan.
Washington memperingatkan kemungkinan sanksi AS namun belum memberlakukannya. Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan pekan lalu bahwa Turki perlu menyingkirkan sistem rudal S-400 yang telah diboyongnya guna memperbaiki hubungan bilateral.