REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani Fazli pada Rabu (27/11) mengatakan sekitar 731 bank dan 140 bangunan pemerintah dibakar oleh massa yang berdemonstrasi. Para pedemo menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di negaranya.
Tak hanya bank dan bangunan pemerintah, massa turut membakar sekitar 70 stasiun pengisian bahan bakar umum. Para pengunjuk rasa juga menyerbu dan merusak 50 pangkalan pasukan keamanan Iran.
Menurut Fazli, sekitar 200 ribu orang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM yang dimulai pada 15 November lalu. Namun dia tak mengungkap berapa kerugian materi yang ditimbulkan akibat aksi huru-hara di sana.
Garda Revolusi Iran mengatakan telah menangkap dan menahan 100 orang yang memimpin aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM. "Sekitar 100 pemimpin, kepala, dan tokoh utama kerusuhan baru-baru ini diidentifikasi dan ditangkap di berbagai bagian negara oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran," ungkap juru bicara kejaksaan Iran Gholamhossein Esmaili pada Jumat pekan lalu.
Organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International meyakini terdapat lebih dari 100 orang tewas selama aksi demonstrasi menentang kenaikan harga bahan BBM di Iran pekan lalu. Amnesty mencatat setidaknya ada 106 korban tewas yang tersebar di 21 kota di Iran.
Data itu diperoleh dari keterangan saksi mata, bukti video yang terverifikasi, dan informasi aktivis HAM di sana. Sejumlah korban tewas akibat ditembak penembak jitu yang disiagakan di atap-atap gedung. Ada pula penembak jitu yang membidik dari helikopter.
Amnesty melihat pola mengerikan dari aksi pembunuhan yang dilakukan pasukan keamanan Iran. Kekuatan berlebih telah dikerahkan untuk menghancurkan aksi demonstrasi damai.
"Organisasi yakin korban tewas sesungguhnya kemungkinan lebih banyak, dengan beberapa laporan memperkirakan 200 orang terbunuh," kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan pekan lalu.