REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah menilai pengangkatan mantan gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) sebagai Komisaris Utama PT Pertamina berpotensi mengubah konstelasi peta politik nasional pada 2024 mendatang.
Tidak menutup kemungkinan laga ulang atau re-match Ahok versus Anies Baswedan sangat potensial terjadi pada Pilpres 2024, dengan beberapa catatan.
“Bukan mustahil, pengangkatan Ahok ini pada saatnya akan memberi suguhan tontonan rakyat Indonesia berupa pertarungan ulang Ahok Vs Anies pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang,” ujar Toto dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (27/11).
Toto melanjutkan, arah angin politik sedang menuju ke sana. Sejumlah pihak dengan berbagai motif kepentingan, termasuk bisnis, menginginkan Ahok kembali masuk gelanggang politik.
Namun itu terjadi jika karir Ahok pada jabatannya sekarang berjalan mulus. Apalagi, jika pada saatnya nanti, Ahok masuk kabinet menggantikan Menteri yang terkena reshuffle.
“Tugas Ahok sekarang, bagaimana amanat memegang jabatan strategis di BUMN ini benar-benar dimanfaatkan untuk menunjukkan sekaligus membuktikan bahwa dia betul-betul sosok yang kredibel dan kompeten," tambahnya.
Namun juga sebaliknya, Toto berpendapat, jika Ahok gagal memerankan posisinya maka sangat kecil kemungkinan Ahok rebound di kancah politik. Bahkan bukan mustahil, jabatan barunya tersebut justru akan mengantarnya ke jurang kehancuran karir politiknya.
Ahok juga harus sadar bahwa penunjukan dirinya sebagai Komisaris Utama PT Pertamina selain “ucapan terimakasih”, juga berupa testing the water buat dirinya.
Apakah tingkat resistensi kepadanya masih sangat tinggi atau mulai meredup. Jika berhasil melewati ujian ini, termasuk dengan mengubah karakter temperamentalnya yang dinilai buruk oleh public, maka karir politik Ahok bisa cemerlang.
"Banyak kekuatan politik yang menginginkan dia rebound, termasuk para pemegang kapital kakap” jelas Toto.
Selanjutnya, rival Ahok selain Anies, Toto menyebut sejumlah nama potensial seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Harry Tanoe, dan tokoh internal partai, yaitu Puan Maharani. Meskipun, bisa saja target nama-nama tersebut pada saatnya hanya sebagai wakil presiden.
Khusus soal AHY, kata Toto, dia harus mampu keluar dulu dari bayang-bayang bapaknya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Toto melihat, ketokohan mantan presiden RI ke-6 itu meredup sejalan dengan merosotnya perolehan suara Partai Demokrat pada 2019 kemarin.
“Saatnya SBY mundur dan menyerahkan sepenuhnya partai bintang mercy ini kepada AHY. Sebab jika tidak, AHY pun akan meredup, apalagi tak dapat panggung politik di kabinet Jokowi,” tutupnya.