REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Untuk memperingati Hari Bambu Nasional, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat bersama komunitas Baju Baja (Bambu Juara Bambu Jawa Barat) menggelar Bambu Vaganza Bambu Juara di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (27/11). Menurut Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, peringatan Hari Bambu Nasional merupakan momentum bagi masyarakat Jabar untuk peduli akan kelestarian bambu.
Bambu dinilai memiliki nilai budaya dan ekonomi. "Sekarang masyarakat sudah banyak yang tidak peduli. Mungkin hanya petani atau pengusaha bambu (yang peduli akan kelestarian bambu)," ujar Uu.
Menurut Uu, sekarang bambu bukan hanya dipakai untuk bangunan, tapi memiliki nilai tambah dari olahannya. Artinya, memelihara bisa melestarikan lingkungan dan punya nilai ekonomi.
Uu mengapresiasi gerakan pelestarian bambu yang digagas oleh komunitas Baju Baja. Gerakan tersebut mampu mendongkrak perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat di pedesaan.
"Saya harap juga berikan pelatihan untuk mengelola bambu menjadi bernilai ekonomi kepada generasi muda di perkotaan," katanya.
Menurut Ketua Baju Baja, Oki Hikmawan, visi utama dari komunitasnya adalah meningkatkan perekonomian masyarakat dengan melestarikan kearifan lokal, salah satunya bambu. Oki pun berharap Pemda Provinsi Jabar dapat membuat perajin bambu Jabar naik kelas.
Selain itu, kata Oki, Baju Baja sudah melakukan pelatihan pengolahan dan pengelolaan bambu di 35 desa dan 2 pesantren di 9 kabupaten/kota di Jabar. Bahkan, lanjut dia, 12 desa sudah mendapatkan bantuan mesin untuk usaha kecil menengah.
"Target kami 100 desa kreatif melalui pengolahan bambu tahun depan akan kami selesaikan," katanya.
Menurut Oki, sejumlah kriya bambu Jabar sudah masuk ke pasar internasional. Seperti jam tangan bambu yang sudah menembus Inggris.
"Mereka ingin memesan lagi. Mudah-mudahan bertambah negara lainnya agar bambu Jabar dikenal di mancanegara. Kami juga sudah bersepakat dengan 8 hotel berbintang untuk pemakaian lampu kamar dengan bambu Jabar," paparnya.