Kamis 28 Nov 2019 07:53 WIB

Duterte Perintahkan Penyelidikan SEA Games 2019

Duterte Perintahkan Penyelidikan SEA Games 2019

Rep: FREDERIKUS BATA/ Red: Muhammad Subarkah
Presiden Joko Widodo (tengah) menerima gelang dari seorang atlet disaksikan Menpora Zainudin Amali (kedua kanan), Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari (kedua kiri), Ketua Kontingen Indonesia Harry Warganegara (kanan) dan Sesmenpora Gatot S Dewa Broto (kiri) saat pelepasan atlet untuk SEA Games 2019 di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/11/2019).
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Presiden Joko Widodo (tengah) menerima gelang dari seorang atlet disaksikan Menpora Zainudin Amali (kedua kanan), Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari (kedua kiri), Ketua Kontingen Indonesia Harry Warganegara (kanan) dan Sesmenpora Gatot S Dewa Broto (kiri) saat pelepasan atlet untuk SEA Games 2019 di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang mencoreng nama Filipina sebagai tuan rumah SEA Games 2019. Salah satunya terkait tudingan tidak profesionalnya panitia penyelenggara yang diduga berbagai kalangan akibat dari korupsi.

Juru bicara kepresidenan Salvador Panelo mengungkapkan, Duterte tidak senang saat mengetahui pengalaman tidak mengenakkan atlet-atlet asing yang tidak dijamu dengan pantas serta mengalami kesulitan dalam akomodasi dan transportasi begitu tiba di Filipina.

"Ada tuduhan korupsi yang muncul di koran-koran dan dia tidak suka itu. Dia ingin menginvestigasi itu. Dia tak menoleransi korupsi," kata Panelo dalam sebuah wawancara, seperti dikutip Philippine Star, Rabu (27/11).

Dia mengatakan, penyelidikan dugaan korupsi ini mencakup semua penyelenggara, termasuk Ketua DPR yang juga ketua Komite Penyelenggara SEA Games Filipina (PHISGOC) Alan Cayetano. Kantor Kepresidenan akan menggelar penyelidikan terhadap semua aspek, mulai dari penginapan atlet hingga konstruksi kaldron yang menghabiskan dana 45 juta peso.

Ketika ditanya apakah penyelidikan itu muncul setelah tersebarnya kekacauan penyelenggaraan, Panelo menjawab, "Presiden mengatakan seandainya ada (korupsi), mereka harus bertanggung jawab."

Menurut Philippine Star, di antara masalah yang timbul menjelang dibukanya SEA Games adalah kekacauan dalam transportasi atlet, makanan yang tidak layak, tidak tersedianya makanan halal untuk atlet Muslim, beberapa venue yang belum selesai, ruang media, dan fasilitas pemain.

PHISGOC sudah meminta maaf atas kekacauan yang terjadi dan berjanji segera memperbaikinya. Sementara itu, akun Twitter SEA Games 2019 masih diberondong dengan keluhan dan kritik atas penyelenggaran perhelatan olahraga multicabang se-Asia Tenggara ini, baik dari luar Filipina maupun dari dalam negeri sendiri.

Namun, beberapa warganet berusaha menepis kabar buruk yang dalam beberapa hari terakhir ini diekspose oleh sejumlah media, termasuk Singapura. "Terlalu dini mengatakan SEA Games 2019 gagal," demikian salah satu cicitan warga lokal Filipina. Warga Fipilina pun diminta mendukung atletnya sukses dalam perhelatan ini dan tidak terganggu dengan kabar bohong.

Kemampuan Filipina menjadi penyelenggara SEA Games 2019 dipertanyakan. Sejumlah masalah menumpuk pada awal bergulirnya ajang tersebut. Teranyar, kontingen Singapura mendapat pelayanan kurang maksimal. Negara tersebut sampai menuliskan surat kepada Ketua Panitia Penyelenggara (PHISGOC) Ramon Suzara. Surat itu berisi keluhan Singapura lantaran mengalami berbagai kendala, mulai dari proses akreditasi peserta, transportasi, dan ketersediaan makanan halal.

"Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk bersabar dan memahami. Kami mencoba mencari solusi sendiri, tetapi keadaan seperti ini tidak bisa berlanjut. Bisa memengaruhi atlet kami, lantaran tidak dapat mempersiapkan pertandingan dengan efektif,\" demikian surat yang tertulis atas nama CDM Singapura, Juliana Seow, dikutip dari Sports Inquirer.net, Selasa (26/11).

Tim sepak bola yang menginap di hotel Century Park dilaporkan tidak memiliki makanan halal yang cukup. Pilihan makanan juga sangat terbatas. Bahkan, Tim Netball di Somerset Alabang dan Floorball di Luxent Hotel harus memesan makanan dari restoran di luar hotel.

Singapura juga mengeluhkan pelayanan transportasi. Sebab, ketika kompetisi Netball dimulai, tim Singapura belum juga mendapatkan kendaraan. Seow mendesak PHISGOC segera bertindak. Menurut Seow, ini tidak bisa dikompromi. Sebab, para atlet menjadi korban. "Kami berharap dapat melihat tindakan positif dari pihak Anda," ujarnya.

Selain Singapura, beberapa negara sudah mengalami masalah dari awal kedatangan. Kontingen sepak bola Kamboja, Timor Leste, dan Myanmar menjadi korban. Ada yang mengalami keterlambatan saat dijemput di bandara. Lalu, ada juga yang diantar ke hotel yang salah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement