Kamis 28 Nov 2019 14:41 WIB

Temui Wapres, MRP Minta Pemerintah Kurangi Aparat di Papua

MRP menilai pendekatan keamanan kurang mampu mengatasi masalah di Papua.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Hafil
Wakil Presiden Ma
Foto: Fauziah Mursid/Republika
Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sejumlah perwakilan Majelis Rakyat Papua (MRP) hari ini menemui Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (28/11). Dalam pertemuan tersebut, MRP menyampaikan 10 aspirasi MRP berkaitan dengan kebijakan Pemerintah di Papua.

Salah satu poinnya, MRP berharap kebijakan pembangunan di Papua dilakukan dengan pendekatan budaya dan kemanusiaan. Ketua Pokja Adat MRP Demas Tokoro menilai pentingnya penghapusan tindakan kekerasan di Papua, yakni dengan mengevaluasi pendekatan keamanan di Papua yang lebih persuasif.

Baca Juga

"Di antaranya pendekatan aparat yang begitu banyak di Papua. Kalau boleh ada kebijakan negara untuk bisa diminimalisir, dikurangi yah," ujar Demas kepada wartawan usai pertemuan.

Demas beralasan, aparat keamanan yang ada di Papua dinilai kurang mampu melakukan pendekatan dengan masyarakat Papua. Sehingga, setiap ada masalah yang muncul, para aparat justru tidak bisa menyelesaikan persoalan tersebut.

"Pada prinsipnya ketika ada persoalan di sana, mereka aparat tidak cocok pada kita," ujar Cemas.

Padahal, Demas menilai pendekatan sosiologis sseharusnyaà bisa dilakukan oleh aparat melalui, budaya, kemanusiaan, dan mental spiritual. Sebab, unsur itu penting untuk orang Papua, sebagaimana kerap dilakukan para tokoh-tokoh Papua.

Karena itu, ia berharap pendekatan bisa dilakukan dengan cara tersebut. "Misal adat, seperti saya, kami bisa atasi persoalan-persoalan itu. Jadi di Papua, kita duduk sama-sama pemerintah pusat kepala daerah bagaimana caranya mengatasi persoalan, ketegangan-ketegangan, atau gesekan-gesekan sosial yang terjadi selama ini," ujarnya.

Selain itu, dalam pertemuan tersebut, MRP kata Cemas menyingung soal pentingnya evaluasi pelaksanaan otonomi khusus Papua. Menurutnya, rakyat Papua dalam hal ini MTP menginginkan Pemerintah terlebih dahulu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan otonomi khusus Papua.

Ia menilai, evaluasi penting sebelum tergesa-gesa merevisi Undang-undang Otonomi Khusus. Salah satu aspirasi mengenai kewenangan khusus dalam rangka Otonomi Khusus.

"Perlu kebijakan yang memperluas dan mempertegas secara pasti kewenangan khusus dalam rangka pelaksanaan khusus di Tanah Papua, termasuk kewenangan khusus dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan orang asli Papua," ujar Demas.

Selain itu, Demas juga menyoal pembentukan Dewan Otonom Baru  yang seharusnya pemekaran provinsi harus konsisten dengan Undang-undang Otsus, yakni harus dengan persetujuan MRP dan DPRP, /MRPB dan DPRPB.

"Kita kembali ke UU Otsus pasal 76, kl memang ada pemekaran-pemekaran baru di Papua perlu ada pertimbangan persetujuan dari MRP dan DPRP. Bahkan DPRP dan MPRBP. Karena kita satu UU," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement