REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kajian perkotaan menjadi perhatian para ilmuwan Muslim abad pertengahan. Salah satunya, Abu Abdullah Mohammed bin Ahmad bin al-Bana Al-Bashari Al-Maqdisi atau nama populernya Al-Muqaddasi.
Nama Al-Muqaddasi diambil dari kota kelahirannya, yakni Al-Quds. Ia terlahir di kota suci ketiga bagi umat Islam itu pada 945 M. Sumbangsih pemikiran al-Muqaddasi terkait masalah perkotaan tertuang dalam kitabnya Ahsan at-Taqasim fi Ma’arifat Al-Aqalim.
Dalam kitab itu, banyak hal yang menjadi perhatian al-Muqaddisi.
Pertama, ukuran kota.
Al-Muqaddasi mengklasifikasikan kota menjadi dua yakni kota besar dan kota kecil. Dasar klasifikasi itu merujuk pada bangunan masjid dan mimbarnya. Menurut al-Muqaddisi, semakin megah bangunannya dan indahnya mimbar sebuah masjid di suatu wilayah menandakan posisi daerah tersebut. Al-Muqaddasi menyebut, masjid dan mimbar merupakan simbol otoritas Islam.
Kedua, kondisi masyarakatnya.
Al-Muqaddisi sangat tertarik dengan kondisi masyarakat Islam perkotaan, evolusinya, keberagaman, dan kompleksitasnya. Al-Muqaddasi pun akan mencari informasi bagaimana kehidupan di sebuah tempat berlangsung. Faktor-faktor yang digalinya adalah sikap masyarakat, kebersihan, serta moralitasnya.
Hal lain yang juga dikajinya adalah cara berpakaian, makanan, serta dialek bahasa dari setiap kota yang dikunjunginya.
Ketiga, penentuan ibu kota suatu wilayah.
Menurut al-Muqaddasi, jika diibaratkan ibu kota adalah jenderal sedangkan kota-kota kecil adalah pasukannya.
Keempat, pertahanan sebuah kota.
Menjadi kebiasaan al-Muqaddisi ketika melihat sebuah kota, ia akan menilai kekuatan pertahanan sebuah kota. Misalnya, tembok yang mengelilingi kota tersebut. Kala itu, konsep sebuah kota itu dapat dilihat dari kehadiran sebuah tembok pertahanannya.
Oleh al-Muqaddasi dilihat berapa tingginya, seberapa ketebalannya, jarak antartembok, kubu pertahanan, akses di dalam dan di luar, lokasinya menurut topografi umum, hubungannya dengan tempat peristirahatan, serta lainnya menjadi perhatian sang geografer.
Kelima, geliat ekonomi.
Al-Muqaddasi juga melihat geliat ekonomi sebuah kota. Menurut pendapatnya, maju tidaknya sebuah kota dapat dilihat dari perdagangan, pertukaran, serta perekonomian secara keseluruhan yang terjadi di kota itu.
Keenam, studi pasar.
Al-Muqaddasi pun melakukan studi pasar. Bagaimana pasang-surut sebuah pasar. Ia pun sampai-sampai menggali informasi tentang besaran biaya yang dikeluarkan setiap orang untuk kesehatan di sebuah kota. Selain itu, dia juga mengorek data untuk mengetahui sumber pendapatan, baik harian maupun bulananan, serta bagaiamana pendapatan itu disalurkan.
Ketujuh, topografi.
Al-Muqaddasi pun selalu mencoba untuk menghubungkan antara topografi dengan perkembangan perkotaan. Pada abad ke-10 M, ia sudah mampu meneropong masa depan Arab Saudi.
Menurut dia, lautan yang terdapat di sekitar jazirah itu akan menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk mengunjunginya. ‘’Membuka batas antara laut akan mampu meningkatkan perdagangan,’‘ ungkap sang geografer.
Ia juga mampu memprediksi masa depan pertumbuhan perekonomian suatu daerah dari kajian geografi yang detail dan mendalam.
Kedelapan, iklim.
Selain itu, Al- Muqaddasi juga melakukan penelitian mengenai dampak iklim dan tempat terhadap bentuk fisik penduduknya. Tempat yang dingin seperti Khwarizmi dan Ferghana membuat penduduknya menebalkan jenggot serta badannya lebih gemuk.