Kamis 28 Nov 2019 15:35 WIB

Pengusaha Farmasi Eropa Minta Penjelasan UU Halal

Pengusaha Farmasi ingin memastikan usaha mereka sejalan dengan peraturan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Presiden Joko Widodo (kelima kanan) berbincang dengan delegasi EU-ASEAN Business Council di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kelima kanan) berbincang dengan delegasi EU-ASEAN Business Council di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pelaku industri farmasi yang tergabung dalam Dewan Bisnis Uni Eropa-ASEAN menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Kamis (28/11). Salah satu topik pembicaraan yang dibahas adalah perkembangan Undang-undang (UU) nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebutkan bahwa pelaku industri ingin memastikan usaha yang mereka jalankan sejalan dengan peraturan tentang produk halal.

Baca Juga

"Industri farmasi, memberi catatan terkait regulasi di Indonesia terkait konten lokal dan mereka dukung itu dan tentu mereka butuh tambahan penjelasan atau regulasi yang lebih praktis terkait halal law," ujar Airlangga usai mendampingi Presiden Jokowi menerima delegasi Dewan Bisnis Uni Eropa-ASEAN.

Meski begitu, Airlangga tidak menjelaskan bentuk kemudahan apa yang diinginkan oleh para pelaku industri farmasi asal Eropa tersebut. Total ada 55 perwakilan perusahaan asal Eropa yang menemui Jokowi siang ini. Beberapa nama besar yang ikut hadir, di antaranya adalah Danone, HSBC, Royal Dutch Shell, dan Michelin. Produsen ban Michelin, ujar Airlangga, menyampaikan perkembangan akuisisinya terhadap pabrikan ban loka, Multistrada.

"Mereka dalam proses negosiasi investasi juga di pabrik ban untuk aircraft. Di mana pabik ban aircraft gunakan crumb rubber yang cukup banyak," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement