REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Jual beli pemain yang dilakukan oleh sebuah klub sepak bola mungkin sudah biasa. Karena memang itulah yang dilakukan setiap klub saat bursa transfer dibuka, selain melakoni pertandingan.
Namun, ketika pesepak bola membeli sebuah klub itu baru luar biasa. Sebab itu hanya bisa dilakukan oleh pemain besar yang punya uang sangat banyak. Karena membeli saham klub nilainya tidak sama dengan mendatangkan seorang pemain.
Seperti yang dilakukan Zlatan Ibrahimovic. Pemain yang baru memutuskan hengkang dari LA Galaxy itu baru saja membeli saham salah satu klub top Swedia, Hammarby. Ibrahimovic membeli seperempat saham atau 25 persen dari kepemilikan Hammarby oleh konglomerasi Swedia, AEG. Musim ini, Hammarby finis di posisi ketiga Liga Swedia, di bawah Djurgarden dan Malmo.
''Saya punya hubungan baik dengan orang-orang dari AEG. Lalu saya punya kesempatan untuk menjadi bagian dari AEG dan kesempatan yang tidak mungkin untuk ditolak,'' ujar Ibrahimovic, dikutip dari Firstpost, Kamis (28/11).
Mantan pemain internasional Swedia itu mengunggah foto jersey Hammarby yang terdiri dari warna hijau dan putih di media sosialnya. Sehingga semakin memperkuat kabar ia akan bergabung dengan klub tersebut. Namun ternyata bukan sebagai pemain, melainkan sebagai pemilik.
Sebelumnya, pemain berusia 38 tahun tersebut telah membela sejumlah klub raksasa Eropa, seperti Inter Milan, Barcelona, dan Manchester United. Awal bulan ini, Ibrahimovic meningalkan LA Galaxy setelah dua musim. Ia mencetak 56 gol dalam 52 pertandingan kompetisi MLS sejak gabung pada Maret 2018. ''Saya akan membantu Hammarby menjadi klub terbaik di Skandinavia,'' jelasnya.
David Villa
Langkah Ibrahimovic ini bisa dibilang mengikuti jejak David Villa, yang baru saja mengumumkan pensiun dari sepak bola. Namun, mantan pemain Barcelona itu punya visi yang lebih jauh dari sekadar jadi pelatih. Pemain Vissel Kobe tersebut belum lama ini membeli sebuah klub Divisi II Amerika Serikat, Queensboro.
Sosok yang pernah meraih gelar Piala Dunia bersama Spanyol itu akan bertindak sebagai pemilik klub dari grup investasi yang dipimpim oleh Jonathan Krane, seorang CEO dari manajemen aset perusahaan KraneShares.
Di usia 37 tahun, di akhir masa kariernya sebagai pesepak bola profesional, pengalaman Villa diharapkan dapat membantu Queensboro tumbuh di Amerika. Apalagi, Queensboro memiliki basis di New York, di mana ia pernah tinggal di kota tersebut selama empat tahun. Villa mengaku pernah mengajari anak-anak bermain bola, bahkan hingga menanam saham di bidang olahraga.
''Kami akan merekrut yang terbaik di sini di saat kami membuat tim lokal. Level dukungan dari USL sangat tinggi, artinya kami membutuhkan kualitas dari pemain yang kami punya,'' jelas Villa, dikutip dari AS.
David Beckham
Nama besar lainnya yang berinvestasi di bidang sepak bola adalah David Beckham. Legenda Manchester United itu baru saja membeli 10 persen saham klub Divisi IV Salford City. Namun, legenda Manchester United itu tak sendiri membeli Salford City. Ia bersama-sama dengan mantan rekan setimnya di Old Trafford, seperti Gary dan Phil Neville, Nicky Butt, Ryan Giggs dan Paul Scholes, yang juga menjadi bagian dari pemilik klub.
Walaupun 40 persen klub tersebut masih dimiliki oleh Peter Lim. Menurut Lim, dengan hadirnya para legenda MU tersebut, akan menjaga stabilitas keuangan dan perkembangan klub ke depan. ''Ini momen membanggakan bagi saya bisa bergabung dengan Peter dan pemain Class of 92 sebagai pemiliki Salford City,'' ujar Beckham, dikutip dari Sky Sports.
Selain Salford City, Beckham juga menjadi pemilik klub MLS Inter Miami. Namun tak seperti Salford yang sudah lama berdiri, Beckham bersama dengan pengusaha asal Bolivia, Marcelo Claure, mendirikan Inter Miami dari nol untuk menjadi sebuah klub sepak bola. Meskipun impian tersebut baru terwujud setelah Mas bersaudara, Jorge, dan Jose Mas ikut dalam proyek tersebut beberapa bulan kemudian.