REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Amerika Serikat (AS) menuding Rusia membantu Suriah menyembunyikan pengunaan senjata kimia. Tindakan Moskow dianggap telah menganggu penyelidikan yang dilakukan Ogranisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Hal tersebut diungkap Perwakilan AS untuk OPCW Kenneth Ward dalam konferensi tahunan OPCW di Den Haag, Belanda, Kamis (28/11).
"Federasi Rusia telah memainkan peran sentral dalam menutup-nutupi ini. Rusia dan Suriah mungkin duduk bersama kita di sini, tapi mereka berdiri terpisah dari kami secara mendasar. Mereka terus membekap senjata kimia," ujar Ward.
Perwakilan Rusia untuk OPCW Alexander Shulgin segera menyanggah tudingan AS. "Itu adalah retorika yang indah. Kami tidak setuju," kata dia.
Dia pun mengulangi keberatannya atas pembentukan Tim Investigasi dan Identifikasi OPCW pada Juni 2018 untuk menyelidiki dugaan serangan senjata kimia di Douma dan beberapa daerah lainnya di Suriah. Menurut Shulgin pembentukan tim tersebut ilegal dan bermotivasi politik.
Pada kesempatan itu, perwakilan Suriah untuk OPCW menegaskan tidak akan bekerja sama dengan Tim Investigasi dan Identifikasi OPCW. Saat ini tim tersebut masih bekerja untuk menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah. Laporan pertamanya diharapkan dirilis tahun depan.
Pada Maret lalu, OPCW telah menyimpulkan bahwa bahan kimia beracun yang mengandung klorin digunakan dalam serangan di Douma pada 2018. Lebih dari 40 orang tewas dalam peristiwa tersebut. Pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad dituding bertanggung jawab atas serangan itu.
Suriah dan sekutunya Rusia secara konsisten menyangkal adanya serangan senjata kimia di Douma. Mereka mengklaim laporan OPCW telah diolah sedemikian rupa guna membenarkan intervensi militer Barat di Suriah.