Kamis 28 Nov 2019 23:22 WIB

Cerita Rohim, Sopir Ambulan LKC Bantu Masyarakat Berobat

Sudah 16 tahun Rohim mengantar pasien berobat dengan mengendarai ambulan dari LKC.

Nur Rohim, driber ambulan LKC Dompet Dhuafa.
Foto: dompet dhuafa
Nur Rohim, driber ambulan LKC Dompet Dhuafa.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Rambut  sudah beruban, memutih, menguatkan kesan bersahaja di raut wajah seorang Nur Rohim (46). Rohim adalah driver ambulans Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa. Sudah sejak 2001, awal LKC berdiri Rohim bekerja disana. Saat itu usianya masih 28 tahun, dan berkerja sebagai office boy.

“Waktu itu saya hanyalah seorang office boy, tugas saya membersihkan ruangan di LKC, baik ruang dokter, apotek dan lain sebagainya,” ucap dia.

Baca Juga

Pada tahun 2004, mobilisasi pelayanan di LKC sangatlah tinggi. Setidaknya 200-an orang bisa berobat disana setiap harinya. Mahklum saja, waktu itu, LKC menjadi salah satu lembaga kesehatan yang menggratiskan pelayanannya kepada pasien dhuafa.

Belum muncul model pelayanan kesehatan dari pemerintah seperti BPJS yang ada saat ini. Termasuk dalam jasa pelayanan pengantaran pasien menggunakan ambulan, yang juga tak kalah banyak. Rohim pun yang awalnya OB, diangkat menjadi salah satu driver ambulan. Sejak itu, sudah ribuan pasien Nur Rohim antar dengan ambulanya.

photo
Nur Rohim.

“Awal dulu saya antar pasien dari ciputat ke RSCM, orangnya senang sekali diantar, karena tidak perlu bayar,” terangnya, menceritakan pengalaman pertama mengantar pasien.

Hampir 16  tahun bekerja sebagai driver ambulan tidaklah membuat Rohim merasa bosan. Ayah tiga anak tersebut merasa pekerjaannya sangatlah mulia. Bertemu pasien baru, dan membantu  ikhtiar mereka mencari kesehatan, membuat Rohim beremangat. Apabila mendapati pasien yang ia antar sembuh, Rohim pun merasa bahagia.

“Pernah dulu nganter pasien tumor mata, nyaris setiap hari saya yang nganter untuk periksa. Kankernya sudah parah, sampai-sampai saya tidak kenal mukanya. Suatu ketika dia datang ke LKC, dan bilang terimakasih ke saya, saya bingung karena nggak kenal. Ternyata itu pasien yang dulu sering saya anter, dan sudah sembuh. Saya senang sekali tentunya,” lanjut Rohim.

Bekerja sebagai driver ambulan juga tidak lepas dari risiko. Terlebih profesinya menuntut untuk mengantar pasien dengan cepat dan aman sampai rumah sakit tujuan. Halangan di perjalanan, tidak jarang ia temui, terkhusus di jalanan Jakarta yang sering macet. Rohim pun memuji para pengendara yang sadar akan kehadiran ambulan, dan kadang mebukakan jalan untuknya.

   

“Pernah waktu itu ketika ngantar pasien mau melahirkan ke RS. Fatmawati. Ketika mau sampai, jalannya sangat macet, padahal mau melahirkan. Sampai-sampai bidannya keluar dan ke belakang, karena saking takutnya pasien kenapa-kenapa. Alhamdulillah, banyak pengendara lain yang membukakan jalan,” kata Nur Rohim.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement