REPUBLIKA.CO.ID, PADANG ARO -- Murid di SD 19 Sapan Salak, Nagari Pakan Rabaa Timur, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat yang terdampak langsung banjir bandang menangis kepada guru. Mereka bertanya bagaimana mereka akan melanjutkan sekolah karena seragam dan bukunya tidak ada lagi.
"Saat kami mengunjungi siswa ada murid yang menangis mengadukan bagaimana mereka mau sekolah karena buku dan seragam sudah habis semua. Ada juga yang orang tuanya sampai sakit karena memikirkan perlengkapan sekolah anaknya," kata guru SD 19 Sapan Salak, Tesa Aries, Jumat (29/11).
Mendengar keluhan murid yang menjadi korban banjir bandang itu, ia menenangkan mereka dengan menjelaskan jika seragam dan buku sekolah merupakan tanggung jawab sekolah. Tesa mengatakan guru-guru sudah menghimpun bantuan untuk membeli perlengkapan murid. Guru berhasil menghimpun sekitar Rp 3 juta.
"Nanti kami coba lagi menghimpun dana untuk keperluan sekolah para murid," ujarnya.
Di SD 19 Sapan Salak, ada sebanyak 104 peserta didik dari berbagai daerah terdampak banjir yang sampai saat ini belum bisa bersekolah. Dia menyebutkan, sejak Senin (25/11) atau pascabanjir bandang hingga Sabtu (30/11) murid dipastikan masih libur. Sedangkan Senin (1/12) masih melihat kondisi.
Sejumlah warga korban banjir bandang membawa bantuan di desa Sapan, Kecamatan Koto Parik Gadang di Ateh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat, Kamis (28/11). Sebagian warga yang terimbas banjir bandang belum bisa mendapatkan bantuan makanan dan pakaian dikarenakan akses ke daerah tertutup material longsor.
Dia mengatakan jalan ke Sapan Salak sudah terbuka, tetapi untuk pergi ke sekolah masih rawan sebab jalan licin dan banyak genangan air. Selain itu, ada lagi murid yang di Sungak Mampiang berjumlah tiga orang yang juga belum bisa keluar sebab longsor di sana juga parah.
Kalau dari Jorong Manggih ke Sungai Mampiang jaraknya sekitar tiga kilometer. Sekarang jalur tersebut hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.
"Kami saja saat menjenguk siswa ke Sungai Mampiang butuh waktu 2,5 jam jalan kaki sebab kondisi longsor juga parah, material batu yang terbawa longsor besar-besar," ujarnya.
Di Sungai Mampiang, ada 10 kepala keluarga dan untuk stok makan mereka sudah mulai habis sehingga mereka harus menjemput ke posko di Manggih dengan jalan kaki. "Kalau dulu walaupun jalan setapak tetapi motor bisa lewat ke Sungai Mampiang kalau sekarang jalan kaki saja susah," ujarnya.
Rumah warga di Sungai Mampiang memang tidak terdampak bencana, tetapi akses mereka putus total. Selain itu, di daerah Parik ada lima kepala keluarga dan murid SDN 19.
Untuk Jorong Sapan Batu ke Sapan Salak sudah bisa jalan, tetapi siswa yang di Manggih, Sungai Mampiang, dan Parik masih terisolasi. Hingga Kamis (28/11) sore, Dinas Pendidikan belum melihat kondisi sekolah dan siswa. Wali Nagari Pakan Rabaa Timur Nasril mengatakan, selain SD, di daerah terdampak juga ada satu unit Taman Kanak-Kanak dengan 35 orang siswa.