Jumat 29 Nov 2019 15:30 WIB

Iran Kecam Pembakaran Kantor Konsulat di Irak

Iran mengeluarkan pernyataan soal pembakaran kantor konsulat oleh pengunjuk rasa

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Pengunjuk rasa yang terluka dievakuasi menjauhi lokasi unjuk rasa di Baghdad, Irak, Kamis (28/11).
Foto: Khalid Mohammed/AP Photo
Pengunjuk rasa yang terluka dievakuasi menjauhi lokasi unjuk rasa di Baghdad, Irak, Kamis (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kementerian Luar Negeri Iran mengeluarkan pernyataan tentang pembakaran kantor konsulat mereka yang dilakukan pengunjuk rasa Irak di Najaf. Pihak berwenang Irak menanggapi pembakaran itu dengan melepaskan tembakan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa.

"(Kami mengencam serangan dan menuntut) pemerintah Irak untuk merespons tegas para pelaku," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran, Jumat (29/11).

Baca Juga

Sejauh ini pihak berwenang Irak tidak menyerah menghadapi pengunjuk rasa. Mereka menembak mati puluhan orang dengan senjata tajam dan gas air mata. Pemerintah Irak menawarkan reformasi politik yang para pengunjuk rasa anggap sepele dan sekedar hiasan.

Sampai kini Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi menolak untuk mundur. Ia sudah menggelar pertemuan dengan politisi-politisi senior. Komandan Garda Revolusi Iran turut hadir dalam pertemuan tersebut.

Militer Irak mengeluarnya pernyataan yang mengatakan Abdul Mahdi sudah memanggil komandan senior militer di Provinsi Dhi Qar, tempat Nassiriya berada. Komandan itu menjelaskan mengapa situasinya kian memburuk.

Dalam pernyataanya pasukan paramiliter Popular Mobilisation Forces (PMF) mengatakan kerusuhan yang terjadi di Najaf mengancam tokoh agama muslim Syiah di kota itu. PMF paramiliter dari faksi yang paling berkuasa yang dekat dengan Iran.

Pernyataan ini mengisyaratkan akan semakin banyak kekerasan yang terjadi di Irak. Dalam situs resmi PMF Komandan PMF Abu Mahdi al-Muhandis mengatakan kelompoknya siap menggunakan kekuatan penuh melawan siapa pun yang mengancam ulama Syiah paling senior di Irak  Ayatollah Ali al-Sistani.

"Kami akan memotong tangan siapa pun yang mencoba mendekat ke al-Sistani," kata al-Muhandis.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement