Jumat 29 Nov 2019 14:56 WIB

Produksi Listrik PLTA Lamajan Berkurang Akibat Kemarau

PLN terpaksa mengurangi operasional PLTA Lamajan dari 12 jam menjadi enam jam.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Friska Yolanda
Pipa raksasa menuju turbin PLTA Lamajan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jumat (29/11).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pipa raksasa menuju turbin PLTA Lamajan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jumat (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan yang berada di Pangalengan, Kabupaten Bandung, berkurang 50 persen pada musim kemarau ini. Menurut General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Barat Agung Nugroho, penyusutan terjadi karena debit air yang berkurang serta tingginya sedimentasi di Danau Cileunca.

Agung menjelaskan, PLTA Lamajan memiliki tiga turbin yang sudah beroperasi sejak 1925. Pada kondisi normal, masing-masingnya mampu memproduksi listrik hingga 19,56 MW.

Baca Juga

"Pada musim kemarau produksinya turun 50 persen," ujar Agung kepada wartawam di Bandung, Jumat (29/11). 

Selain berkurang akibat kemarau, kata dia, debit air di danau buatan itupun menyusut akibat sedimentasi yang semakin parah. PLN terpaksa tidak mengoperasikan turbin secara maksimal karena daya dorong air yang turut berkurang.

"Secara produksi, berhenti total tidak. Cuma saat pola kering kita beroperasi setengahnya. Misal dari 12 jam, akhirnya berkurang 6 jam di beban puncak, di pukul 17.00 WIB sampai 22.00 WIB," katanya.

photo
Petugas melakukan pemeriksaan dan perawatan turbin PLTA Lamajan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jumat (29/11).

Manajer Sipil dan Lingkungan PLN UID Jawa Barat Novy Heryanto mengatakan, debit air yang berkurang setiap musim kemarau ini semakin terasa dalam lima tahun terakhir seiring bertambah rusaknya kawasan hulu. Untuk memperbaikinya, PLN melakukan berbagai upaya perbaikan terutama penghijauan pada sejumlah lahan gundul.

"Kita kerja sama dengan BBWS Citarum, PJT Perhutani untuk menata kembali lingkungan. Kami melakukan pembinaan ke masyarakat sekitar," katanya.

Selain itu, kata dia, pihaknya merasa bersyukur dengan terbitnya peraturan presiden tentang penataan Sungai Citarum sejak 2018. Payung hukum ini mampu menekan kerusakan terutama menyangkut pencemaran sungai yang sangat memengaruhi kualitas air.

"Penanganan sedimentasi, pencemaran pabrik dikurangi. Harapannya menambah daya dukung PLTA," katanya.

Selain Lamajan, kata dia, terdapat dua PLTA lain yang lokasinya berdekatan dan memanfaatkan sumber air yang sama yakni dari Situ Cileunca. Sebelum ke PLTA Lamajan, air dari danau buatan itu terlebih dahulu mengalir ke PLTA Plengan.

"Buangan air dari (PLTA) Plengan mengalir ke (PLTA) Lamajan. Lalu dari Lamajan ke (PLTA) Cikalong," kata Agung seraya menyebut ketiganya mampu memproduksi listrik hingga 45 mw.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement